Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bapak, Untukmu

12 November 2015   23:44 Diperbarui: 13 November 2015   01:04 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Isak tangis teman saya membawa saya pada ingatan betapa saya sempat membanding-bandingkan bapak, menginginkan bapak adalah seorang hebat yang bisa dibanggakan kepada teman-teman.

Memiliki ayah, ternyata maknanya bukanlah itu.  Melalui sosok bapak, sejatinya saya bisa mengenal lelaki yang bisa melindungi dan memimpin. Melalui bapak, saya belajar mengenai hidup. Belajar menjadi seorang anak berbakti, belajar menghargai, belajar menyayangi,  dan bersyukur atas anugerah Tuhan. Bapak adalah Bapak. Cuma satu dan darahnya mengalir di tubuh saya. Saya bangga akan hal itu.

 Saya masih ingat saat bersama Bapak menyusuri jalan Medan Merdeka. Sangat senang. Melewati kantor-kantor pemerintahan. Bapak bertanya,” Kalau sudah besar ingin jadi apa?”  

Mengingat itu, saya tersenyum, semua impian orang tua masa lalu adalah semua anaknya menjadi pegawai negeri sehingga masa depan dan masa tua terjamin karena ada pensiun.

 Saya juga masih ingat saat ada pameran buku di Senayan, saya bisa berkeliling-keliling melihat buku yang begitu banyaknya meski akhirnya hanya buku berlabel diskon besar yang dibawa pulang.

 Bapak juga yang pertama kali mengantarkan ke perpustakaan. Salah satunya ke perpustakaan RI di Salemba. Saat itu, keinginan menjadi anggota batal karena belum cukup umur dan masih duduk di kelas I SMP.

 Saya sangat bahagia saat melihat toko buku Gramedia yang begitu besar. Saat itu, saya bilang. ke Bapak, “ Bapak, Suatu saat, buku saya pasti ada disini. Dipajang di setiap toko buku.Jadi yang terlaris.”

 Ah, Hari Ayah mengingatkan janji yang belum terlaksana itu. Terima kasih, Bapak. Saya beruntung memiliki bapak. Melalui surat kabar pagi yang bapak antar, saya justru belajar banyak. Belajar membaca dan mencerna situasi. Belajar bersyukur banyak yang bisa saya lewati hingga mampu menempuh pendidikan tinggi.

Saya tidak pernah tahu kapan saya tiba-tiba punya kemampuan alami untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Mengalir begitu saja. Bapak, untukmu saya pasti bisa mewujudkan kado berbentuk buku itu. Terima kasih.

 

Selamat Hari ayah..., Bapak....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun