Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Bangganya Saksikan Indonesia Raih Ganda Putra Bulutangkis

18 Agustus 2015   05:54 Diperbarui: 18 Agustus 2015   05:54 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 BAHAGIA rasanya dapat menyaksikan secara langsung kemenangan Hendra Setiawan/ Mohammad Ahsan dalam Kejuaraan Dunia Bulutangkis yang diselenggarakan di Istora Senayan, pada Sabtu 16 Agustus 2015.

Ikut bangga memenuhi dada lantaran inilah satu-satunya gelar yang dapat diraih oleh Indonesia dalam BWF World Championship. Setelah 26 tahun berlalu, sejak terakhir kali pada tahun 1989, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2015.

Momen yang memang sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Kalau bukan tahun ini, entah berapa tahun lagi bisa sempat menonton Kejuaraan Dunia Bulutangkis secara langsung di Jakarta? Kapan lagi bisa tampil sebagai saksi juara pertandingan kelas dunia?

Maka tak sia-sia rasanya berpanas-panas sejak siang hari datang ke Istora Senayan. Bersama teman, ikut menyaksikan sejak awal pertandingan BWF yang digelar mulai pukul 13.00. Menyimak acara pembukaan yang dimeriahkan dengan tarian khas asal Jakarta Jali-Jali.

Pertandingan Ganda Putra digelar sebagai pertandingan terakhir dalam Final Kejuaraan Dunia Bulutangkis yang dimulai sejak 10 Agustus 2015. Antusiasme penonton sudah terlihat saat keempat pertandingan final lainnya, yakni Ganda Campuran, Ganda Putri, Tunggal Putra, dan Tunggal selesai dipertandingkan.

Penampilan Ganda Putra adalah yang ditunggu-tunggu. Jumlah penonton semakin bertambah menjelang pertandingan dimulai. Tak mengherankan juga jika baru saja disebut nama Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan, gemuruh penonton meneriakkan kata Indonesia bergema. Gempita juga tercipta dengan beradunya balon-balon dari sponsor yang menimbulkan suara.

Setiap kali memperoleh poin karena mampu menukik bidang lawan atau saat Ganda China tidak mampu membalas pukulan, kegembiraan meluap penonton Indonesia semakin ramai. Sebagai penyemangat, tak henti-hentinya pekikan Indonesia Indonesia membahana. Banyak penonton yang langsung berdiri saat Ganda Putra Indonesia ini menambah satu poin.

Saat pemain Ganda China pengembaliannya melewati garis lapangan, yang menandai juga kemenangan tim Ganda Putra dua set langsung, gelegar sorak sorai penonton membahana. Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan memenuhi harapan Indonesia dengan mengalahkan pasangan China Liu Xiaolong/Qiu Zihan (China) , yakni 21-17 dan 21-14.

Sebuah kado terindah satu hari menjelang peringatan hari ulang tahun (HUT) RI ke-70. Para penonton turut menyanyikan lagu Bendera yang dipopulerkan Kikan. Tak ketinggalan lagu Garuda Di Dadaku juga turut dinyanyikan sebagai bentuk suka cita.

Sesaat setelah penyerahan medali, dikumandangkanlah lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan pengibaran bendera Merah Putih pada posisi teratas.Para penonton menyanyikan lagu Negara itu dengan semangat nasionalisme.Inilah satu-satunya bendera RI yang berkibar menang pada urutan pertama. Patutlah berbangga atas prestasi Hendra/Ahsan untuk Indonesia yang menyuguhkan penampilan terbaik.

 Dominasi China di Final, Penonton Indonesia Dukung Siapa?

Final Kejuaraan Dunia Bulutangkis diawali dengan pertandingan Ganda Campuran antara sesama pemain asal China yang cenderung seperti sebuah drama. Permainan mulai berlangsung agak menarik setelah wasit mengingatkan para pemain. Zhang Nan/Zhao Yunlei (China) akhirnya menang atas Liu Cheng/Bao Yixin (China) 21-17, 21-11.  

Pada pertandingan ganda puteri, pasangan Tian Qing/Zhao Yunlei mengalahkan pasangan Denmark Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl , tiga set dengan angka 23-25, 21-8, dan 21-15.Pada laga tunggal putera, Chen Long Pebulu tangkis asal China yang berusia 26 tahun, meraih gelar setelah mengalahkan Lee Chong Wei (Malaysia), dua set 21-14 dan 21-17.

Pada nomor tunggal puteri, Carolina Marin asal Spanyol mempertahankan gelar untuk kedua kalinya setelah menghentikan perlawanan Saina Nehwal dari Indi, yakni 21-16, 21-19.

Secara keseluruhan, China menjadi Juara Umum dengan perolehan tiga gelar juara, yakni Ganda Campuran, Tunggal Putra, dan Ganda Putri. Sisanya satu gelar diraih Indonesia untuk Ganda Putra dan satu lagi untuk Spanyol melalui Ganda Putri.

Indonesia yang semula berhasil menyertakan empat wakilnya di babak semifinal dan kemudian akhirnya hanya menyisakan satu wakil di final, tetap mendapat penghargaan dari para pecinta bulutangkis yang hadir di Istora Senayan sore itu.

Meski berada di tempat ketiga, para penonton Indonesia tetap meneriakkan nama-nama para pemain, seperti Owi dan Butet begitu melihat Tontowi Ahmad dan Lilyana Natsir saat penyerahan medali ganda campuran. Begitu pun halnya saat penyerahan medali lainnya, penonton tetap menyebut nama pemain tunggal Lindaweni dan pasangan ganda putri, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari.

Empat pertandingan final yang digelar tanpa satu pun wakil dari Indonesia tidak menyurutkan rasa bangga dan nasionalisme para pecinta olahraga bulutangkis. Penonton pertandingan tetap mendukung permainan terbaik.Kendati demikian, tidak dipungkiri, penonton bulutangkis seakan lebih mendukung para pemain final yang bukan menjadi lawan Indonesia dan mengalahkan para wakil Indonesia saat semifinal.

Meski begitu, penonton tetap sportif. Penonton menyemangati pasangan Denmark Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl dengan Let’s Go Denmark. Menyebut nama Carolina setiap pemain Spanyol meraih angka, meneriakkan nama Lee Chong Wei di tunggal putra.

 

Padat Penonton

Sejak pertandingan final Kejuaraan Dunia dimulai, berkali-kali pihak panitia penyelenggara menampilkan sejumlah peraturan antara lain No Flash Camera, No Food, dan No Drink.Penonton dilarang menggunakan lampu kilat saat pertandingan karena dikhawatirkan mengganggu konsentrasi para pemain yang tengah bertanding.

No Food bisa jadi dimaksudkan agar tidak membuat kotor di bangku penonton . Untuk peraturan No Drink, dikhususkan untuk tidak membawa air minum dalam bentuk botol kemasan air mineral.

Panitia menanyakan dan mengambil botol mineral yang akan dibawa oleh penonton ke dalam Istora Senayan. Alhasil, banyak botol air mineral kemasan di depan pintu masuk.

Jumlah penonton yang banyak bahkan semakin padat cukup layak membuat panitia untuk memperketat peraturan agar pertandingan berlangsung dengan baik. Setiap penonton selain memperlihatkan tiket juga wajib menggunakan gelang tangan sebagai penanda. Gelang tangan ini memiliki nomor dan di-scan saat masuk.

Harga tiket untuk menonton keseluruhan pertandingan final pertandingan kelas dunia untuk kelas VIP rp.750.000, untuk Kelas I Rp.250.000, dan untuk Kelas II Rp.100.000. Cukup sepadan untuk menyaksikan suguhan permainan cantik bulutangkis selama hampir 8 jam !

Sayangnya, tiket pertandingan, baik Kelas I maupun Kelas II cepat sekali habis tak lama setelah loket dibuka. Hal ini dimanfaatkan oleh sejumlah orang yang secara terang-terangan menawarkan tiket dan kertas gelang tangan, setelah loket ditutup dan tiket dinyatakan habis. Mereka langsung menawarkan kepada para penonton yang belum memiliki tiket dengan harga hingga dua kali lipat, mulai dari pintu masuk sampai dekat tempat penukaran tiket online.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun