Sejak pertandingan final Kejuaraan Dunia dimulai, berkali-kali pihak panitia penyelenggara menampilkan sejumlah peraturan antara lain No Flash Camera, No Food, dan No Drink.Penonton dilarang menggunakan lampu kilat saat pertandingan karena dikhawatirkan mengganggu konsentrasi para pemain yang tengah bertanding.
No Food bisa jadi dimaksudkan agar tidak membuat kotor di bangku penonton . Untuk peraturan No Drink, dikhususkan untuk tidak membawa air minum dalam bentuk botol kemasan air mineral.
Panitia menanyakan dan mengambil botol mineral yang akan dibawa oleh penonton ke dalam Istora Senayan. Alhasil, banyak botol air mineral kemasan di depan pintu masuk.
Jumlah penonton yang banyak bahkan semakin padat cukup layak membuat panitia untuk memperketat peraturan agar pertandingan berlangsung dengan baik. Setiap penonton selain memperlihatkan tiket juga wajib menggunakan gelang tangan sebagai penanda. Gelang tangan ini memiliki nomor dan di-scan saat masuk.
Harga tiket untuk menonton keseluruhan pertandingan final pertandingan kelas dunia untuk kelas VIP rp.750.000, untuk Kelas I Rp.250.000, dan untuk Kelas II Rp.100.000. Cukup sepadan untuk menyaksikan suguhan permainan cantik bulutangkis selama hampir 8 jam !
Sayangnya, tiket pertandingan, baik Kelas I maupun Kelas II cepat sekali habis tak lama setelah loket dibuka. Hal ini dimanfaatkan oleh sejumlah orang yang secara terang-terangan menawarkan tiket dan kertas gelang tangan, setelah loket ditutup dan tiket dinyatakan habis. Mereka langsung menawarkan kepada para penonton yang belum memiliki tiket dengan harga hingga dua kali lipat, mulai dari pintu masuk sampai dekat tempat penukaran tiket online.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H