Â
I buy when other people are selling
J. Paul Getty , pengusaha Amerika
Â
Â
LEBARAN datang. Idul Fitri. Senangnya. Ini salah satu momen yang sangat ditunggu. Lebaran adalah hari paling favorit dalam kalender tahunan. Hari raya yang sangat special. Merayakan hari kemenangan setelah beribadah puasa selama satu bulan. Makanan berlimpah. Ketupat dengan beraneka menu sedap. Masih ditambah kue-kue lezat.
Lebaran juga identik bertemu dan menghabiskan waktu dengan seluruh keluarga, berkunjung ke saudara, dan bertemu dengan kawan-kawan lama yang sudah lama tidak berjumpa. Mengunakan semua yang terbaik.
Semua yang berkaitan dengan libur panjang seluruhnya terasa menyenangkan dan menakjubkan. Buat seorang tenaga sales, siapa pun ingin benar-benar berlibur tanpa beban target menjual. Lepas menikmati hari raya. Nah, untuk yang satu ini pasti ada yang sepakat berpikiran demikian.
Namun sayangnya, semua kegiatan bisnis tidak mengenal waktu libur. Justru di saat libur hari raya seperti ini, di beberapa bidang penjualan justru sedang ramai-ramainya. Pakaian, makanan, dan semua hal yang terkait dengan perayaan lebaran. Apalagi di sepanjang jalur mudik. Bahkan banyak yang memanfaatkan masa liburan untuk meningkatkan penjualan. Pusat perbelanjaan dan pusat hiburan saat ini justru melakukan jam buka maksimal.
Ya, tapi itu bila terkait dengan kebutuhan libur lebaran. Bagaimana dengan penjualan yang dianggap tidak terkait dengan kebutuhan lebaran?
Bagi banyak salespeople, para calon pelanggan/customer seakan-akan banyak yang menunggu hingga masa liburan lebaran selesai untuk mengambil keputusan pembelian. Calon pelanggan banyak beralasan pengeluaran difokuskan untuk kebutuhan lebaran dan merayakan liburan bersenang-senang wisata.
Lalu apa yang harus dilakukan?