8. Hari Umanis Galungan
Sehari setelah hari raya Galungan terdapat hari raya Umanis Galungan, tepatnya pada hari Wrhaspati (Kamis) Umanis wuku Dungulan. Pada hari ini, umat Hindu melaksanakan Dharma Santi dan saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi.
Biasanya pada hari Umanis Galungan anak-anak akan melakukan tradisi ngelawang, dimana anak-anak menarikan barong yang disertai dengan gambelan dari pintu rumah masyarakat yang satu ke yang lainnya (Lawang ke Lawang).Â
Masyarakat yang mempunyai rumah tersebut akan keluar dari rumah sambil membawa canang dan sesari/uang. Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki kepercayaan bahwa tarian Barong ini dapat mengusir segala aura negatif dan mendatangkan aura positif.
Rangkaian atau urutan dari upacara hari raya Galungan tidak berhenti sampai disini. Hal ini dikarenakan masih terdapat rangkaian upacara keagamaan lain hingga satu bulan ke depan.Â
Dimana pada hari Sabtu terdapat hari Pemaridan Guru yang dimana hari tersebut  bentuk penyembahan kepada  Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa Guru. Kemudian di hari Minggu terdapat hari Ulihan, dimana pada hari ini para dewa-dewi/leluhur kembali ke kahyangan dengan meninggalkan berkat dan anugrah panjang umur.
Rentang lima hari setelah hari raya Galungan dikenal dengan hari Pamacekan Agung dan hari raya Kuningan pada hari kesepuluhnya. Akhir dari rangkaian upacara keagamaan ini yaitu dengan melakukan pencabutan Penjor kemudian dibakar dan abunya dimasukan ke kelapa muda gading, lalu di tanam di belakang Pelinggih Rong Telu tepat 42 hari setelah hari raya Galungan.
Â
Nama : Ni Kadek Ria Oktaviani
NIM : 2111031119
Jurusan : Pendidikan Dasar
Prodi : S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar