Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Cinta Seorang Hamba Terhadap Penciptanya

4 Desember 2024   15:00 Diperbarui: 4 Desember 2024   15:07 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin, 22 April 2024

            Hari ini lebih banyak dihabiskan di Masjidil Haram, salat tahajud, hajat, tadarus hingga menjelang salat subuh. Seperti biasa, kemudian balik ke hotel untuk menyantap sarapan.  Pukul 08.00, kami berangkat untuk bertemu “artis gurun” di Peternakan Unta Hudaidiyah. Peternakan unta ini terletak di hamparan gurun pasir di pinggir jalan.. Terlihat kemah-kemah para peternak unta yang berasal dari suku Badui yang bertebaran di dekat kandang unta. Setelah dari peternakan, beberapa jamaah akan melaksanakan umroh sunnah. Ku sendiri tidak ikut. Mereka akan mengambil miqat di Hudaibiyah. Setelah mengambil miqat, rombongan kembali ke hotel.

Bersama Unta (dok. pribadi)
Bersama Unta (dok. pribadi)

Ketika kembali ke hotel, ku lansgung makan siang dan istirahat, lalu menanti azan Asar. Selesai menunaikan salat, berjalan-jalan ke Zam-zam Tower, sambil menikmati jajanan juga. Pukul 17.30 kembali ke Masjidil Haram menanti azan Magrib berkumandang hingga balik ke hotel setelah salat Isya. Di sela-sela salat Magrib menuju Isya, aku lebih banyak membaca kitab suci Al Qur’an dan juga melihat orang tawaf.

Selasa, 23 April 2024

Hari itu kami meninggalkan Makkah menuju Madinah. Sebelum meninggalkan Masjidil Haram, dilakukan tawaf wada. Dan selalu ada doa yang dipanjatkan. “Ya Allah, janganlah engkau jadikan waktu ini masa terakhir bagiku dengan rumah-Mu. Sekiranya engkau jadikan bagiku masa terakhir, maka gantilah surga untukku dengan rahmat-Mu. Wahai Tuhan yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih.  Aamiin Wahai Tuhan Pemelihara Seru Sekalian Alam.”

Aku tidak ikut berfoto dengan rombongan grup, aku menepi sendiri keluar dari bingkai jepretan. Kupandangi Kabbah, dalan lantunan nafasku kulafazkan doa untuk seseorang, “Dan suatu hari nanti tanganmulah yang akan menggenggam tanganku menuju Mataf, tubuhmu yang akan melindungiku dari impitan tubuh-tubuh kekar saat aku akan mencium Hajar Aswad, suaramu yang menuntunkanku saat aku tawaf.

Kamu yang selalu kuminta setiap aku ke sini, yang kupanjatkan doa kumohonkan selalu pada yang Maha

Dan kamu yang terbaik di sisi-Nya, tetapi masih dalam genggaman tangan Sang Khalik ... aku, kamu, dan Tanah Suci … Inya Allah suatu hari nanti. Aamiin.”

Selesai menunaikan salat dhuhur, kami bergerak menuju stasiun KA. Perjalanan yang biasanya bisa 6 jam kali ini hanya 2 jam. Di kereta api, aktivitas yang kulakukan adalah tidur dan makan.. Madinah al Munawaroh yang artinya kota yang bercahaya. Memang tak salah, dari kejauhan aku telah melihat menara-menara dan masjid Nabawi yang sangat cantik, nun bergelimang cahaya. Asli tak sabar ku menginjakkan kaki di Mesjid ini. Mesjid yang apabila kita salata didalamnya sekali, pahalanya sama dengan pahala 1000 kali salat di masjid lain kecuali Masjidil Haram.

Setelah tawaf wada (dok. pribadi)
Setelah tawaf wada (dok. pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun