Senin, 22 April 2024
Hari ini lebih banyak dihabiskan di Masjidil Haram, salat tahajud, hajat, tadarus hingga menjelang salat subuh. Seperti biasa, kemudian balik ke hotel untuk menyantap sarapan. Pukul 08.00, kami berangkat untuk bertemu “artis gurun” di Peternakan Unta Hudaidiyah. Peternakan unta ini terletak di hamparan gurun pasir di pinggir jalan.. Terlihat kemah-kemah para peternak unta yang berasal dari suku Badui yang bertebaran di dekat kandang unta. Setelah dari peternakan, beberapa jamaah akan melaksanakan umroh sunnah. Ku sendiri tidak ikut. Mereka akan mengambil miqat di Hudaibiyah. Setelah mengambil miqat, rombongan kembali ke hotel.
Ketika kembali ke hotel, ku lansgung makan siang dan istirahat, lalu menanti azan Asar. Selesai menunaikan salat, berjalan-jalan ke Zam-zam Tower, sambil menikmati jajanan juga. Pukul 17.30 kembali ke Masjidil Haram menanti azan Magrib berkumandang hingga balik ke hotel setelah salat Isya. Di sela-sela salat Magrib menuju Isya, aku lebih banyak membaca kitab suci Al Qur’an dan juga melihat orang tawaf.
Selasa, 23 April 2024
Hari itu kami meninggalkan Makkah menuju Madinah. Sebelum meninggalkan Masjidil Haram, dilakukan tawaf wada. Dan selalu ada doa yang dipanjatkan. “Ya Allah, janganlah engkau jadikan waktu ini masa terakhir bagiku dengan rumah-Mu. Sekiranya engkau jadikan bagiku masa terakhir, maka gantilah surga untukku dengan rahmat-Mu. Wahai Tuhan yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih. Aamiin Wahai Tuhan Pemelihara Seru Sekalian Alam.”
Aku tidak ikut berfoto dengan rombongan grup, aku menepi sendiri keluar dari bingkai jepretan. Kupandangi Kabbah, dalan lantunan nafasku kulafazkan doa untuk seseorang, “Dan suatu hari nanti tanganmulah yang akan menggenggam tanganku menuju Mataf, tubuhmu yang akan melindungiku dari impitan tubuh-tubuh kekar saat aku akan mencium Hajar Aswad, suaramu yang menuntunkanku saat aku tawaf.
Kamu yang selalu kuminta setiap aku ke sini, yang kupanjatkan doa kumohonkan selalu pada yang Maha
Dan kamu yang terbaik di sisi-Nya, tetapi masih dalam genggaman tangan Sang Khalik ... aku, kamu, dan Tanah Suci … Inya Allah suatu hari nanti. Aamiin.”
Selesai menunaikan salat dhuhur, kami bergerak menuju stasiun KA. Perjalanan yang biasanya bisa 6 jam kali ini hanya 2 jam. Di kereta api, aktivitas yang kulakukan adalah tidur dan makan.. Madinah al Munawaroh yang artinya kota yang bercahaya. Memang tak salah, dari kejauhan aku telah melihat menara-menara dan masjid Nabawi yang sangat cantik, nun bergelimang cahaya. Asli tak sabar ku menginjakkan kaki di Mesjid ini. Mesjid yang apabila kita salata didalamnya sekali, pahalanya sama dengan pahala 1000 kali salat di masjid lain kecuali Masjidil Haram.