Selasa, 16 April 2024
Setelah makan siang dan melaksanakan salat Zuhur. Kami mengantri di imigrasi Bandara Sultan Hasanuddin International Airport (SHIA). Sedikit ada masalah, pada visa yang gunakan, yakni bukan visa umroh tetapi visa wisata,” kata petugas imigrasi. Bukan hanya aku, di group keberangkatan ada sekitar 16 orang, tim travel membutuhkan waktu sekitar 30 menit hingga permasalahan ini selesai. Alhamdulillah tidak ada hambatan yang bisa membatalkan perjalanan. Bismillah, masuk ke pesawat. Kupanjatkan doa yang kencang, semoga perjalanan ini bernilai ibadah semata-mata.
Tiba di bandara Jeddah pukul 22.00 waktu setempat. Seperti biasa dimulai dengan mengantri pada pengecekan imigrasi, sambil menunggu sesama satu rombongan dalam urusan serupa. Proses ini berlangsung hingga pukul 00.00. Tujuan berikutnya ke hotel di Makkah. Di dalam pesawat semua harus berpakaian dan berniat ihram di pesawat, sehingga ketika di Jeddah menuju Makkah telah siap melakukan rangkaian ibadah umrah.
Dari bandara menuju hotel di dalam bus, sambil bertahan memerangi rasa kantuk kulafazkan, “Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk. La syarika laka.”
Artinya Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagiMu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan kekuasaan milik-Mu, tiada sekutu bagiMu.
Setibanya di hotel, menitipkan barang bawaan, kemudian ke toilet dan langsung menuju Masjidil Haram. Rombongan kami masuk melalui gate di depan zam-zam tower yakni gate 90 dan 91.
Semakin masuk kedalam dan mendekati kabbah, asli deg-degan. Saat menuruni escalator dan melihat kiswah (kain penutup kabbah) langsung air mata ini menetes. Kulantunkan doa dan takbir. Sungguh perasaan yang luar biasa. Ada rasa haru, rasa syukur dan rindu yang tertahan yang akhirnya bisa dilepaskan.
Kumulai dengan salat sunnat di masjid, dan menunggu azan subuh berkumandang. Setelah itu, melakukan tawaf. Tawaf adalah mengelilingi kabbah 7 kali putaran yang dimulai dari sudut dimana Hajar Aswad berada. Ada kok penandanya yakni lampu berwarna hijau. Pagi itu setelah sekian lama ku menghayati setiap langkaku dalam mengelilingi Kabbah. Di salah satu sisi Kabbah, di setiap putaran semilir angin sepoi-sepoi yang sejuk menerpa wajahku.
Setelah menunaikan Tawaf, lalu kami mendirikan dua rakaat salat sunnah yang dilakukan dibelakang maqam Nabi Ibrahim. Selanjutnya melaksanakan rukun umroh yakni sai. Sai ini adalah berlari kecil antara bukit Shafa dan Bukit Marwah sebagi bentuk meneladani perjuangan Siti Hajar dalam mencarikan air untuk Nabi ismail. Seperti halnya Tawaf, Sai pun dilakukan 7x bolak balik. Selesai sai selanjutnya rukun umroh terakhir yakni dan tahallul.
Rangkaian umrah wajib selesai pukul 08.00. Setelah rangkaian umrah ini selesai, idealnya balik ke hotel untuk tidur, menuntaskan ratusan titik lelah yang tersendat. Namun, tak ada rasa kantuk yang membuatku menguap.