Rabu, 28 Oktober 2020 pukul 06.10 WITA aku dijemput. Aku pun telah siap untuk menuju Labuan Bajo. Bis Sanprabu tanpa AC dengan rute Ende -- Ruteng dan tarif Rp.150.000 / orang, bus ini mirip L300. Kuempaskan badanku di bus, aku menikmati perjalanan ini melewati pantai, perkampungan penduduk, dan bukit-bukit.Â
Melewati rute Bajawa -- Aimere keloknya lumayan bagaikan bermain ular tangga. Jika Bajawa terkenal sebagai daerah dingin maka berbeda halnya dengan Aimere yang terletak di tepi pantai yang tentu saja berhawa panas. Selama perjalanan, meskipun lelah tetapi aku tidak sampai tertidur. Pukul 13.05 WITA, akhirnya aku bertemu dengan Abdul Farid di depan Kantor Camat Borong. Cukup say hello saga. Perjalanan dilanjutkan lagi menuju Ruteng.
Pukul 15.17 WITA akhirnya aku tiba di Ruteng atau nama lainnya Manggarai. Berganti dari L300 ke Suzuki APV penumpangnya masih tiga orang, jadi nunggu satu penumpang lagi. Aku sedikit kesal karena belum ada kepastian kapan berangkatnya hingga pukul 16.25 WITA.Â
Akhirnya ada satu penumpang dan ada titipan barang, sehingga waktu menunggu usai juga. Perjalanan menuju Labuan Bajo normalnya membutuhkan waktu sekitar tiga jam tetapi karena supir sering berhenti mulai dari mengisi bahan bakar, mengambil barang  dan makan malam, hasilnya aku tiba di penginapan pukul 22.27 WITA. Beberapa penginapan di Labuan Bajo full, bersyukur dua hari yang lalu aku udah booking di Seaestakomodo.Â
Tanggal 29 Oktober 2020, pagi hari di depan kolam renang aku duduk seorang diri memandang lautan, dalam hati aku berucap "tak pernah aku menyangka aku akan tiba di kawasan yang saat ini sedang menjadi trending topic. Sebuah kawasan yang telah menjadi world heritage dan ditetapkan oleh UNESCO.
Aku akan ikut Live On Board (LOB). Â Pukul 07.00 WITA, driver Fito menjemputku untuk menuju pelabuhan Labuan Bajo. Di pelabuhan Labuan Bajo, saat aku membeli sarapan ternyata pedagangnya berasal dari Bone, Sulawesi Selatan. Alhasil mulailah aku bercakap-cakap menggunakan bahasa Bugis.
Di sepanjang jalan Soekarno Hatta mulai dibangun hotel-hotel, dan yang paling menarik bagiku bangunan yang mirip Marina Bays di Singapura, masih di sepanjang jalan ini banyak tour agent. Masih di sepanjang jalan diperbaiki sepertinya buat persiapan KTT G-20 dan ASEAN Summit 2023. Dalam diriku timbul pertanyaan mungkin beberapa tahun ke depan Labuhan Bajo akan dipenuhi kapal pesiar mewah ?
Menuju kapal yang akan digunakan untuk LOB, aku harus menggunakan speed boat untuk menuju ke kapal phinisi Cahaya Ilahi.  Kapal Cahaya berwarna cokelat, putih dan biru.  Memiliki panjang 24 meter, lebar 4,75 meter, tinggi cabin, 2,25 meter dan tinggi kapal 8, 2 meter. Memiliki lima cabin  dengan total kapasitas tamu yakni dua belas orang.Â
Tersedia life jacket sebanyak dua puluh lima buah dilengkapi juga dengan tiga unit Apar masing -- masing seberat empat kg. Ada delapan buah bean bag. Mesin induk menggunakan Mitsubishi 6 cylinders dan mesin samping Hyundai 4 cylinders. Sambil menunggu di phinisi aku membaca buku, speed boat menjemput teman-teman yang menginap di Ayana dan Sylvia.Â
Pukul 10.00 peserta trip telah berkumpul, briefing bersama Dedy ( guide pada trip ini), ada pemilik dan kapten kapal, Jefri dan Doni ( yang ikut membantu segala sesuatu di kapal) juga Dedi ( koki)