Rumah adat Koanara mempunyai bentuk yang unik, terbuat dari bahan lokal kayu dan atapnya terbuat dari ilalang dan ijuk yang bagian bawahnya hampir menyentuh tanah.
Rumah tinggal atau Sa'o, di kampung ini terdapat dua Sa'o yaitu Sa'o Ria dan Sa'o Kedha. Sa'o berarti rumah dan Ria berarti besar. Sa'o Ria terlihat besar dan luas daripada rumah lain di sekitarnya. Rumah panggung yang besar tidak memiliki jendela. Atap Sa;o Ria yang membentang hingga turun ke batas lantainya membuat dindingnya tidak nampak jelas. Sa'o Ria adalah tempat tinggal Ata Laki Pu'u beserta saudara-saudarnya yang tinggal di dalamnya juga sebagai ibu dan bapak, naungan bagi suku untuk menjamin kesatuan seluruh warga karena Sa'o Ria dibangun dengan gotong royong, maka ia mempersatukan seluruh anggota baru.
Rumah adat Sa'o Kedha, tidak berdinding karena hanya digunakan sebagai tempat pertemuan adat yang dilaksanakan beberapa kali setahun. Jika Sa'o Ria dianggap sebagai symbol wanita untuk keberlangsungan kehidupan, maka Sa'o Kedha dianggap sebagai simbol lelaki yang memimpin.
Nah ini yang penting, salah satu dampak dari pandemic di industri pariwisata adalah berkurangnya kunjungan wisatawan domestik dan internasional sehingga dinas terkait membuat protokol yang harus diikuti  salah satunya adalah sebelum berkunjung ke TN Kelimutu harus melakukan booking online ( +6282110103335) di akun resmi TN Kelimutu. Booking online minimal satu hari sebelum kedatangan, maksimal lima orang. Layanan mulai pukul 07.30 -- 16.45 WITA, jangan lupa untuk mematuhi protokol new normal. Aku melakukan booking online pada hari Senin, 26 Oktober 2020 pukul 07.32 WITA dan pukul 09.04 WITA aku telah menerima konfirmasi booking online TN Kelimutu.
Malam hari, kawanku Yakub A. Musa menanyakan kabarku dan apakah aku telah mendapatkan travel ke Kelimutu dan Ende Kujawab iya udah dapat, travel ke Ende juga udah dapat. Mari berdoa berharap semoga besok perjalanan lancar.
Selasa, 27 Oktober 2020, Pukul 03.30 WITA Mance telah menjemputku. Jarak Moni -- Kelimutu sekitar 10 km dan full tanjakan. Pukul 04. 24 WITA aku tiba di gerbang TN Kelimutu. Saat itu belum ada seorang pun petugas, tentu saja aku pun menunggu. Ternyata petugasnya masih tidur, Mance yang membangunkannya. Pukul 04.50 WITA aku berada di parkiran. Pagi itu hanya ada dua rombongan. Aku mulai berjalan menyusuri jalur yang telah ada. Sampai akhirnya ada dua rombongan lagi. Sunyi sekali perjalanan ini, terasa.
Pukul 05.34 WITA aku tiba di puncak Kelimutu, rasa capek akhirnya terbayar dengan melihat dua buah danau  dan sementara satu danau lagi terpisah. Nah ini nama ketiga danau di Kelimutu dan filosofi dari tiap danaunya. Danau warna putih atau Tiwi Ata Mbupu merupakan danau tempat berkumpulnya jiwa -- jiwa orang tua yang telah meninggal. Danau warna biru atau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai merupakan tempat berkumpulnya jiwa -- jiwa muda mudi yang telah meninggal. Danau warna merah atau Tiwu Ata polo merupakan tempat berkumpulnya jiwa -- jwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan atau tenung. Tiga danau ini memiliki mitos tersendiri yang pada intinya danau -- danau ini merupakan tempat kembalinya arwah -- arwah yang telah meninggal.
Di puncak Kelimutu sama sekali tidak terlihat penjual padahal aku berharap bisa mencicipi teh hangat dan mie instant.  Pukul 06.55 WITA kembali  kabut turun dan aku memutuskan untuk pulang. Dari Kelimutu tujuan selanjutnya  menyasar ke Ende.