Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jelajah Pulau Flores: Dari Maumere Hingga Labuan Bajo (1)

28 November 2020   14:29 Diperbarui: 28 November 2020   15:25 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maumere da gale kota Ende Pepin gisong gasong 

Le'le luk ele rebin ha 

Putar ke kiri e 

Nona manis putarlah ke kiri Ke kiri ke kiri ke kiri 

dan ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri manis e 

Sekarang kanan e Nona manis putarlah ke kanan 

Ke kanan ke kanan ke kanan dan ke kanan ke kanan ke kanan ke kanan manis e 

April kelabu 2020, semua berawal dari perjalanan Ke Nepal yang harus batal di bulan itu akibat pandemic Covid-19. Dalam kondisi pandemic Covid-19  tersebut bukanlah hal mudah untuk memutuskan kemana rute perjalanan dan apa yang harus dipersiapkan. Di mulai dari menerapkan protokol kesehatan hingga dari sisi biaya yang harus aku keluarkan. Sebenarnya, era Covid-19 ini sejumlah harga menurun dan terdapat potongan harga.

Harga tiket yang ditawarkan termasuk murah, sebagai contoh tiket Makassar -- Maumere menggunakan maskapai Wings Air yakni Rp. 904.503. Tiket Labuan Bajo -- Bali menggunakan Batik Air ( Rp. 707.137) dan Bali -- Makassar menggunakan Lion Air ( Rp 615.300). Bukan hanya tiket pesawat, harga penginapan pun banyak diskon. Kalau gak percaya silahkan cek sendiri. 

Agustus 2020, kala itu aku sedang bosan, iseng-iseng aku buka IG dan aku ngelihat salah satu trip operator membuka open trip  Jelajah Flores di 26 Okt -- 1 Nov 2020 dengan biaya Rp. 5.300.000 exclude tiket pesawat. Oktober 2020, aku memutuskan untuk melakukan perjalanan lagi ke daerah Indonesia Timur. 

Pertengahan Oktober 2020, aku telah membeli tiket pesawat dan melunasi seluruh biaya perjalanan serta mengajukan cuti dan tak lupa hasil pemeriksaan rapid test. Ough iya, hampir setiap minggu aku ke Puskesmas untuk melakukan rapid test dan setelah berkali-kali hasilnya non Reaktif juga. 

Tiket pesawat udah, cuti approve dan tetot ! tapi perjalanan Jelajah Flores dibatalkan. Alasan yang dihamparkan trip operator perjalanan hanya ada tiga peserta. Katanya minimal 5 orang dan dua peserta lainnya tidak mau jika ada biaya tambahan. Saat itu, hanya aku yang tersisa.

Dari sini, nampaklah orang yang bener-bener niat melakukan perjalanan. Setelah mendapatkan info tersebut aku mengajukan refund  dan mencari trip operator lainnya.  Jujur aku udah gak mau rugi dong. Cukuplah perjalanan ke Nepal yang tertunda entah sampai kapan, jelajah Flores janganlah. 

Aku teringat salah satu juniorku Saldi yang bekerja di Kakaban Trip. Aku lalu meminta bantuannya untuk didaftarkan. Nah, tanggal 29 Okt -- 1 Nov 2020 Kakaban membuka trip ke Labuan Bajo. Gak perlu babibube aku langsung booking.  Tidak, aku tidak mencari teman untuk menemani perjalananku dan seperti biasa aku percaya, pasti akan menemukan teman seperjalanan. 

Sabtu, 24 Oktober 2020, pukul 06.00 WITA, aku bertolak meninggalkan Bandara Sultan Hasanuddin (SHIA) di Makassar. Tujuanku adalah Bandara Frans Seda / Wai Oti Kabupaten Sikka, Maumere.

Jika selama ini harus tiba di bandara dua jam sebelum keberangkatan, di era new normal penumpang harus tiba di bandara empat jam sebelum keberangkatan. Pemberitahuan ini terdapat dalam tiket.

Saat pemeriksaan di bandara SHIA, penumpang diharuskan menggunakan masker dan diwajibkan untuk memperlihatkan bukti hasil rapid tes kepada petugas kesehatan. Hasil rapid test kemudian di validasi. Nah ada lagi yang berbeda, saat turun dari pesawat, karena menggunakan pesawat kecil penumpang yang duduk paling belakang akan turun duluan. Hal ini untuk menghindari kerumunan.

Satu jam dua puluh menit di dalam penerbangan aku tidur. Maklumlah, aku tiba di Bandara SHIA jam 03.00 WITA. Pukul 07.20 WITA  pesawat mendarat di Bandara Frans Seda. Aku turun dari pesawat dengan perasaan luar biasa bahagia, bahwa akhirnya aku menginjakkan kaki di Maumere.

Aku langsung menghubungi kawanku Yakub A. Musa. Sebelum keluar dari bandara, aku harus melalui pemeriksaan menyangkut COVID -- 19 ( surat keterangan hasil pemeriksaan, pengecekan dan pencatatan suhu tubuh) dan juga ada wawancara lalu ada kartu kewaspadaan kesehatan dan bisa juga menggunakan aplikasi E-HAC. Setelah itu barulah dapat mengambil bagasi.

Yakub A Musa telah menungguku di luar. Dari bandara aku bertolak ke rumahnya di daerah jalan Melati, kecamatan Alok. Jarak rumah Yakub A. Musa dari Bandara sekitar 5 Km dengan waktu tempuh 20 menit.

Hari pertama di Maumere, sore hari  mengunjungi monumen tsunami dan patung doa Kristus Raja. 12 Desember 1992, gelombang tsunami menerjang Maumere. Air laut tumpah ke darat, menyeret apa saja. Rumah-rumah warga diterpa badai. Sore itu aku menyaksikan taman ini menjadi tempat berkumpul kawula muda. Info tentang patung doa Kristus Raja aku dapatkan dari Kak Yusran Darmawan. Di monumen tsunami aku bertanya dimana lokasi patung doa Kristus Raja.

Ternyata lokasinya tidak jauh dari  monument tsunami dan persis di seberang Gereja Katedral, lebih tepatnya di tengah kota. Setelah memarkir kendaraan, aku masuk. Patung Yesus berwarna kuning keemasan setinggi sekitar 7 meter dengan tangan kanan terbuka dan tangan kiri memegang dada itu tampak dengan jelas. Di depan patung terdapat Altar yang terdapat banyak lilin, dari yang aku lihat ada banyak masyarakat yang berdoa di sekitar patung. Tak lupa aku juga berdoa

Patung Doa Kristus Raja (dok. pribadi)
Patung Doa Kristus Raja (dok. pribadi)
Pulang dari patung doa Kristus Raja, kawanku Yakub bercerita di Maumere ada banyak situs religi dan wisata ziarah. Sedikit info tentang Patung Yesus, patung ini didirikan pada tahun 1926, masa pemerintahan Raja Sikka ke -15 Don Yosephus Ximenas da Silva. Patung ini dibangun menggunakan dana yang dihimpun secara gotong royong oleh masyarakat. Ough iya, saat perang dunia kedua, patung ini dibombardir oleh tentara Sekutu tetapi yang menjadi keajaiban patung ini justru tetap utuh hingga tentara Jepang menghancurkannya. Tahun 1989, kembali warga membangun patung ini dan diresmikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 11 Oktober 1989.

Minggu, 25 Oktober 2020. Aku awali dengan lari pagi sambil menikmati dan melihat-lihat kota Maumere. 

Setelah lari pagi di Maumere (dok. pribadi)
Setelah lari pagi di Maumere (dok. pribadi)
Sorenya, aku mengunjungi Bukit Nilo. Jarak Maumere ke Bukit Nilo sekitar 7 km. Untuk mencapai Bukit Nilo bisa melalui jalur Karmen dan Nita. Aku memilih melalui jalur Karmen. Awalnya aku berangkat bersama teman, berada di tanjakan tiba-tiba motor mati. Akhirnya diputuskan kembali dan menggunakan ojek. Tarifnya Rp 50.000 PP. Ojeknya pun mau menunggu.

Dari puncak Bukit Nilo maka akan tampak pemandangan kota Maumere dari ketinggian. Di Bukit Nilo, terdapat Patung Bunda Maria, Bunda Segala Bangsa. Patung yang mempunyai tinggi sekitar 28 meter dengan berat 6 ton ditopang oleh empat buah pilar yang kokoh. Di tengah pilar terdapat sebuah ruangan yang digunakan untuk berdoa. Ruangan yang berdinding seluruhnya kaca ini di tata sangat rapi dengan dilengkapi sebuah Altar tengah. Patung Bunda Maria merupakan hasil karya dari Kongregasi Carmel. Proses pembangunan patung ditangani oleh Tarekat Pasionis dan juga bekerja sama dengan penduduk setempat. Sore itu aku menyaksikan, masyarakat hadir  berziarah, ada juga kelompok biarawati yang melantunkan doa-doa dan bernyanyi. Aku duduk pada bagian belakang. Di belakangku banyak kawula muda (yang mungkin saja) setelah berdoa kemudian mengabadikan moment.

Patung Bunda Maria Segala Bangsa di Bukit Nilo (dok. pribadi)
Patung Bunda Maria Segala Bangsa di Bukit Nilo (dok. pribadi)
Senin, 26 Oktober 2020, pukul 10.00 WITA aku meninggalkan Maumere, tujuanku adalah Moni. Jarak Maumere -- Moni sekitar 70 km dan dapat ditempuh sekitar 3 jam. Travel Maumere -- Moni yaitu 100.000 / orang. Moni merupakan daerah kaki gunung sebelum menuju Danau Kelimutu. Sampai di desa Moni siang hari, aku langsung menuju penginapan yaitu Kelimutu View Bungalows dengan rate 175,000/malam/orang. Kamarnya bersih dilengkapi dengan satu kasur, bed cover dan ada water heater. Desa Moni ini dingin. Karena aku tinggalnya di bungalow, tiba-tiba saja ada yang orang lokal yang menghampiriku. Dia menanyakan tujuanku akan kemana. Namanya Mance, seorang driver

"Ke Kelimutu selanjutnya ke Ende,"jawabku. Mance memberikanku tarif Rp. 300.000 dengan rute  Moni -- Kelimutu -- Ende. Tentu saja aku menawarnya, hingga kami sepakat di harga Rp. 250.000.

Setelah melepas lelah, sore hari aku berjalan-jalan menyusuri desa ini, menyaksikan aktivitas masyarakat karena esok  pagi adalah hari pasar tentu saja ramai, melihat beberapa homestay yang sepi pengunjung entah karena efek pandemic Covid-19. Penyusuran itu kulakukan  hingga memasuki desa adat Koanara.

Rumah adat Koanara mempunyai bentuk yang unik, terbuat dari bahan lokal kayu dan atapnya terbuat dari ilalang dan ijuk yang bagian bawahnya hampir menyentuh tanah.

Rumah tinggal atau Sa'o, di kampung ini terdapat dua Sa'o yaitu Sa'o Ria dan Sa'o Kedha. Sa'o berarti rumah dan Ria berarti besar. Sa'o Ria terlihat besar dan luas daripada rumah lain di sekitarnya. Rumah panggung yang besar tidak memiliki jendela. Atap Sa;o Ria yang membentang hingga turun ke batas lantainya membuat dindingnya tidak nampak jelas. Sa'o Ria adalah tempat tinggal Ata Laki Pu'u beserta saudara-saudarnya yang tinggal di dalamnya juga sebagai ibu dan bapak, naungan bagi suku untuk menjamin kesatuan seluruh warga karena Sa'o Ria dibangun dengan gotong royong, maka ia mempersatukan seluruh anggota baru.

Rumah adat Sa'o Kedha, tidak berdinding karena hanya digunakan sebagai tempat pertemuan adat yang dilaksanakan beberapa kali setahun. Jika Sa'o Ria dianggap sebagai symbol wanita untuk keberlangsungan kehidupan, maka Sa'o Kedha dianggap sebagai simbol lelaki yang memimpin.

Nah ini yang penting, salah satu dampak dari pandemic di industri pariwisata adalah berkurangnya kunjungan wisatawan domestik dan internasional sehingga dinas terkait membuat protokol yang harus diikuti  salah satunya adalah sebelum berkunjung ke TN Kelimutu harus melakukan booking online ( +6282110103335) di akun resmi TN Kelimutu. Booking online minimal satu hari sebelum kedatangan, maksimal lima orang. Layanan mulai pukul 07.30 -- 16.45 WITA, jangan lupa untuk mematuhi protokol new normal. Aku melakukan booking online pada hari Senin, 26 Oktober 2020 pukul 07.32 WITA dan pukul 09.04 WITA aku telah menerima konfirmasi booking online TN Kelimutu.

Malam hari, kawanku Yakub A. Musa menanyakan kabarku dan apakah aku telah mendapatkan travel ke Kelimutu dan Ende Kujawab iya udah dapat, travel ke Ende juga udah dapat. Mari berdoa berharap semoga besok perjalanan lancar.

Selasa, 27 Oktober 2020, Pukul 03.30 WITA Mance telah menjemputku. Jarak Moni -- Kelimutu sekitar 10 km dan full tanjakan. Pukul 04. 24 WITA aku tiba di gerbang TN Kelimutu. Saat itu belum ada seorang pun petugas, tentu saja aku pun menunggu. Ternyata petugasnya masih tidur, Mance yang membangunkannya. Pukul 04.50 WITA aku berada di parkiran. Pagi itu hanya ada dua rombongan. Aku mulai berjalan menyusuri jalur yang telah ada. Sampai akhirnya ada dua rombongan lagi. Sunyi sekali perjalanan ini, terasa.

Pagi hari di Danau Kelimutu (dok. pribadi)
Pagi hari di Danau Kelimutu (dok. pribadi)

Pukul 05.34 WITA aku tiba di puncak Kelimutu, rasa capek akhirnya terbayar dengan melihat dua buah danau  dan sementara satu danau lagi terpisah. Nah ini nama ketiga danau di Kelimutu dan filosofi dari tiap danaunya. Danau warna putih atau Tiwi Ata Mbupu merupakan danau tempat berkumpulnya jiwa -- jiwa orang tua yang telah meninggal. Danau warna biru atau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai merupakan tempat berkumpulnya jiwa -- jiwa muda mudi yang telah meninggal. Danau warna merah atau Tiwu Ata polo merupakan tempat berkumpulnya jiwa -- jwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan atau tenung. Tiga danau ini memiliki mitos tersendiri yang pada intinya danau -- danau ini merupakan tempat kembalinya arwah -- arwah yang telah meninggal.

Di puncak Kelimutu sama sekali tidak terlihat penjual padahal aku berharap bisa mencicipi teh hangat dan mie instant.  Pukul 06.55 WITA kembali  kabut turun dan aku memutuskan untuk pulang. Dari Kelimutu tujuan selanjutnya  menyasar ke Ende.

ende-5fc1f86bd541df73420a4e12.jpg
ende-5fc1f86bd541df73420a4e12.jpg
Aku ingin mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno dan taman renungan Bung Karno. Rumah pengasingan Bung Karno terletak di jalan Perwira. Disini tidak ada karcis, hanya ada kotak untuk sumbangan yang bersifat sukarela. Memasuki area dalam rumah, aku terkesima dengan barang -- barang yang digunakan oleh Bung Karno yang tentu saja masih tersimpan baik. Rumah ini terdiri dari ruang tamu dengan perabot lengkap kursi dan meja, kamar-kamar dengan tempat tidurnya, ada ruang semedi dan pada bagian belakang terdapat sumur.

Rumah Pengasingan Bung Karno (dok. pribadi)
Rumah Pengasingan Bung Karno (dok. pribadi)
Dari rumah pengasingan Bung Karno aku menuju taman renungan. Patung dan taman renungan Bung Karno diresmikan oleh Prof. Dr. Budiono pada 1 Juni 2013. Jika di kota ini (Ende) kutemukan lima butir mutiara, di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai -- nilai luhur pancasila.

Tulisan di bawah pohon sukun (dok.pribadi)
Tulisan di bawah pohon sukun (dok.pribadi)

Patung Bung Karno di Taman Renungan (dok. pribadi)
Patung Bung Karno di Taman Renungan (dok. pribadi)
Saat berada di taman renungan Bung Karno, aku pun merenung "tidak mudah untuk menghilangkan duka karena kehilangan, tetapi akan terasa indah karena pada akhirnya aku menyadari bahwa Sang Maha telah meminjamkannya kepada aku beberapa saat.

Setelah Ende aku akan melanjutkan perjalananku menuju Labuan Bajo. Sebenarnya ada penerbangan Ende -- Labuan Bajo, tetapi aku penasaran dengan jalur darat dan aku ingin juga bertemu kawanku di Korpala Unhas Abdul Farid. Bahkan dia mengajak untuk menginap di tempatnya. Sayang beribu sayang ajakannya aku tolak, karena aku harus tiba di Labuan Bajo tanggal 28 Oktober 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun