Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jelajah Pulau Flores: Dari Maumere Hingga Labuan Bajo (1)

28 November 2020   14:29 Diperbarui: 28 November 2020   15:25 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Doa Kristus Raja (dok. pribadi)

Ternyata lokasinya tidak jauh dari  monument tsunami dan persis di seberang Gereja Katedral, lebih tepatnya di tengah kota. Setelah memarkir kendaraan, aku masuk. Patung Yesus berwarna kuning keemasan setinggi sekitar 7 meter dengan tangan kanan terbuka dan tangan kiri memegang dada itu tampak dengan jelas. Di depan patung terdapat Altar yang terdapat banyak lilin, dari yang aku lihat ada banyak masyarakat yang berdoa di sekitar patung. Tak lupa aku juga berdoa

Patung Doa Kristus Raja (dok. pribadi)
Patung Doa Kristus Raja (dok. pribadi)
Pulang dari patung doa Kristus Raja, kawanku Yakub bercerita di Maumere ada banyak situs religi dan wisata ziarah. Sedikit info tentang Patung Yesus, patung ini didirikan pada tahun 1926, masa pemerintahan Raja Sikka ke -15 Don Yosephus Ximenas da Silva. Patung ini dibangun menggunakan dana yang dihimpun secara gotong royong oleh masyarakat. Ough iya, saat perang dunia kedua, patung ini dibombardir oleh tentara Sekutu tetapi yang menjadi keajaiban patung ini justru tetap utuh hingga tentara Jepang menghancurkannya. Tahun 1989, kembali warga membangun patung ini dan diresmikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 11 Oktober 1989.

Minggu, 25 Oktober 2020. Aku awali dengan lari pagi sambil menikmati dan melihat-lihat kota Maumere. 

Setelah lari pagi di Maumere (dok. pribadi)
Setelah lari pagi di Maumere (dok. pribadi)
Sorenya, aku mengunjungi Bukit Nilo. Jarak Maumere ke Bukit Nilo sekitar 7 km. Untuk mencapai Bukit Nilo bisa melalui jalur Karmen dan Nita. Aku memilih melalui jalur Karmen. Awalnya aku berangkat bersama teman, berada di tanjakan tiba-tiba motor mati. Akhirnya diputuskan kembali dan menggunakan ojek. Tarifnya Rp 50.000 PP. Ojeknya pun mau menunggu.

Dari puncak Bukit Nilo maka akan tampak pemandangan kota Maumere dari ketinggian. Di Bukit Nilo, terdapat Patung Bunda Maria, Bunda Segala Bangsa. Patung yang mempunyai tinggi sekitar 28 meter dengan berat 6 ton ditopang oleh empat buah pilar yang kokoh. Di tengah pilar terdapat sebuah ruangan yang digunakan untuk berdoa. Ruangan yang berdinding seluruhnya kaca ini di tata sangat rapi dengan dilengkapi sebuah Altar tengah. Patung Bunda Maria merupakan hasil karya dari Kongregasi Carmel. Proses pembangunan patung ditangani oleh Tarekat Pasionis dan juga bekerja sama dengan penduduk setempat. Sore itu aku menyaksikan, masyarakat hadir  berziarah, ada juga kelompok biarawati yang melantunkan doa-doa dan bernyanyi. Aku duduk pada bagian belakang. Di belakangku banyak kawula muda (yang mungkin saja) setelah berdoa kemudian mengabadikan moment.

Patung Bunda Maria Segala Bangsa di Bukit Nilo (dok. pribadi)
Patung Bunda Maria Segala Bangsa di Bukit Nilo (dok. pribadi)
Senin, 26 Oktober 2020, pukul 10.00 WITA aku meninggalkan Maumere, tujuanku adalah Moni. Jarak Maumere -- Moni sekitar 70 km dan dapat ditempuh sekitar 3 jam. Travel Maumere -- Moni yaitu 100.000 / orang. Moni merupakan daerah kaki gunung sebelum menuju Danau Kelimutu. Sampai di desa Moni siang hari, aku langsung menuju penginapan yaitu Kelimutu View Bungalows dengan rate 175,000/malam/orang. Kamarnya bersih dilengkapi dengan satu kasur, bed cover dan ada water heater. Desa Moni ini dingin. Karena aku tinggalnya di bungalow, tiba-tiba saja ada yang orang lokal yang menghampiriku. Dia menanyakan tujuanku akan kemana. Namanya Mance, seorang driver

"Ke Kelimutu selanjutnya ke Ende,"jawabku. Mance memberikanku tarif Rp. 300.000 dengan rute  Moni -- Kelimutu -- Ende. Tentu saja aku menawarnya, hingga kami sepakat di harga Rp. 250.000.

Setelah melepas lelah, sore hari aku berjalan-jalan menyusuri desa ini, menyaksikan aktivitas masyarakat karena esok  pagi adalah hari pasar tentu saja ramai, melihat beberapa homestay yang sepi pengunjung entah karena efek pandemic Covid-19. Penyusuran itu kulakukan  hingga memasuki desa adat Koanara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun