Senin (29 Januari 2018) setelah melaksanakan sholat subuh aku menbangunkan Cristobal dan Parsa. Kemudian bergegas menyewa e-bike seharga 5000/kyat bersama Cristobal dan Parsa aku menuju lokasi temple untuk menyaksikan sunrise. Tak lupa jaket, aku menikmati dingin dalam perjalanan menuju Lawkaoushang Temple.
Bersamaan dengan itu aku melihat burung-burung melintas pada langit yang jingga pagi itu. Aku tiba-tiba terdiam dan tak mampu berkata-kata. Aku terpesona. Dan dalam hati aku mengucapkan permintaanku. Pagi itu permintaanku sangat sederhana, Ya Tuhanku izinkanlah aku kembali lagi ke tempat ini suatu hari nanti bersama pasangan jiwaku. Amin11x.
Masyarakat telah memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam kemajuan pariwisata salah satunya adalah rasa aman bagi wisatawan. Sepertinya ini sebuah pesan bahwa kota kami aman bagi para wisatawan dan kami adalah orang-orang yang ramah, maka berkunjunglah ke tempat kami.
Setelah mengunjungi Yangon, Nyaungshwe dan Bagan aku menarik kesimpulan bahwa ada hal yang unik di kota ini. Di tiga kota itu, aku melihat perempuan dan laki-laki selalu memakai laungyi (sarung khas Myanmar), mau tampan atau cantik bagaimanapun mereka akan menggunakan tanaka tanaka (bedak khas Myanmar), bersepeda, selalu membawa rantang yang berisi makan siang dan di kota Yangon tidak ada sepeda motor.
Ough iya di Myanmar juga ada aroma yang lain-lain. Waktu di Yangon, Inle, Bagan dan terakhir waktu aku di Mandalay (dari Bagan aku menuju Mandalay) aromanya sama semua. Aromanya itu mirip-mirip campuran bunga-bunga atau buah-buahan busuk dengan pinang baik itu buah atau daunnya.
Di jalan-jalan juga banyak ludah pinang. Aku ingat saat perjalanan ke airport di Mandalay, pas di lampu merah bapak supir dengan cueknya membuka pintu mobil terus meludah. Ada lagi, kondektur bus dari Bagan-Mandalay, ludah pinangnya dia tampung di bekas kemasan air mineral. Aku yang lihat aja pengen muntah euy.
Pengalaman beberapa hari di Myanmar seperti melihat kehidupan warga lokal, menikmati milk tea di street food, terus aku dipakein longyi (waktu menyusuri Inle lake), berbaur dengan penjual bunga dan buah-buahan di pasar membuatku bersyukur.
Dari mereka, seakan aku diingatkan bahwa kehidupan ini keras dan membutuhkan perjuangan. Di Myanmar banyak hal nyata yang mungkin saja jauh dari sempurna tetapi sangat indah.
Terakhir, bagiku Myanmar bukan hanya indah pemandangannya tetapi jadi lebih tidak terlupakan karena keindahan hati orang-orangnya. Doaku, semoga konflik yang ada di negara tersebut segera berakhir. Amien11x.