Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Asia Tenggara Rasa Dollar

22 April 2018   16:29 Diperbarui: 22 April 2018   19:02 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit informasi yang aku dapatkan tentang Killing Field yakni dimulai dengan nama Khmer Merah. Killing field merupakan sebuah situs tempat orang-orang dibunuh dan dikubur sebagai "ladang pembantaian" Cambodia. Those being killed were often hit over the head with clubs in a bid to save bullets. The Khmer Rouge's attempts to create a completely self-sufficient agrarian society led to thousands of deaths from starvation and overwork, and a lack of imported medicine led many others to die unnecessarily from diseases like malaria (washingtonpost.com)

Killing Field (dok. pribadi)
Killing Field (dok. pribadi)
Gelang Tangan di Killing Field (dok. pribadi)
Gelang Tangan di Killing Field (dok. pribadi)
Dari Killing Field, kami di bawa ke Tuol Sleng Genocide Museum. Kami diberi waktu 1.5 jam untuk mengeksplore museum ini. Harga tiket masuk yakni USD 8 tanpa audio USD 5. Pada awalnya bangunan ini adalah sekolah kemudian tahun 1970 bangunan ini menjadi museum yang digunakan oleh Khmer Merah sebagai tempat penahanan dan penyiksaan. 

Di museum ini banyak ditampilkan foto-foto korban, ada ruang kelas yang berfungsi sebagai ruang tahanan, tempat tidur korban, alat-alat penyiksaan yang berfungsi untuk memaksa tahanan untuk memberikan pengakuan. Masuk ke museum ini ngeri euy, saat disana tiba-tiba aku membayangkan kejadian saat itu.

Tuol Sleng Genocide Museum (dok.pribadi)
Tuol Sleng Genocide Museum (dok.pribadi)
Malam hari perjalanan dilanjutkan menuju Siemreap. Dari Phnompenh menuju Siemreap, kami menggunakan sleeping bus dengan harga USD 9. Meninggalkan Phnompenh pukul 11.00 PM dan tiba di Siemreamp pukul 05.00 AM.

Rabu, 14 Februari 2018 hari pertama di Siemreap, kami langsung mencari agen bus untuk menuju Bangkok. Akhirnya kami mendapatkan bus menuju Bangkok dengan harga tiket  USD 9. Keberangkatan Jumat, 16 Februari 2018 pukul 08.00 AM. Selesai urusan bus, kami pun mencari makan siang.

Di Siemreap, pada kawasan backpacker banyak terdapat warung muslim. Pemiliknya berasal dari Negeri Jiran. Dari restoran ini juga kami mendapatkan driver tuk-tuk yang akan mengantar kami mengelilingi kawasan Angkor Wat pada esok hari. Di restoran ini juga, kami berkenalan dengan Yani dan Maya yang berasal dari Bali.

Old Market di Siemreap (dok.pribadi)
Old Market di Siemreap (dok.pribadi)
Sore hari, kami berempat mengunjungi Siemreap Old Market. Di pasar ini, aku hanya melihat-lihat tidak berbelanja sama sekali. Mahal euy. 

Asia Tenggara rasa dollar. Apabila berbelanja menggunakan dollar dan ada kembalian maka uang kembalian tersebut menggunakan Riel ( mata uang Combodia). Untuk satu dollar = empat ribu riel. Di pasar, pedagang menjajakan dagangannya sambil mengucapkan One Dollar Ladies, ini juga berlaku untuk Tuk-Tuk.

Maya, Aini, Aku dan Yani (dok. pribadi)
Maya, Aini, Aku dan Yani (dok. pribadi)
Malam hari, kami pun menuju night market dan pub street. Cukup menikmati es cream. Lagi-lagi kami bertemu dengan traveler yang berasal dari Indonesia yakni Febrian, Kabut tipis dan Arman.

Rasanya sangat bahagia bertemu dengan orang Indonesia saat sedang traveling. Tak lupa kami sharing-sharing dengan informasi dengan tempat wisata, aksesbilitas dan penginapan.

Pub Street (dok. pribadi)
Pub Street (dok. pribadi)
Febrian, aku, Aini, Aris dan Arman (dok.pribadi)
Febrian, aku, Aini, Aris dan Arman (dok.pribadi)
Kamis, 15 Februari 2018, Pukul 05.00 AM, kami bersiap-siap untuk menuju Angkor wat untuk menyaksikan Sunrise. Aku pernah  baca buku, untuk kawasan Asia Tenggara ada tiga candi yang termasyur yakni Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah Indonesia. Candi di Bagan, Myanmar. Angkor Wat di Siemreap, Cambodia. Aku  bersyukur telah mengunjungi Angkor wat dan itu artinya aku telah mengunjungi tiga candi tersebut. (Cerita perjalanan di Bagan on process).

Angkor Wat merupakan kompleks religius terbesar diseluruh dunia dan terdiri atas berbagai candi di situs  dengan luas 162 Ha. Kompleks candi ini dibangun oleh Raja Suryavarman II. Untuk mengelilingi kompleks Angkor wat selama 1 hari aku membayar 37 USD. Di tiket masuk ini ada fotoku yang diambil oleh petugas saat membeli tiket. Tiket harus disimpan, soalnya setiap masuk candi akan diperiksa oleh petugasnya.

Ticket masuk ke kawasan Angkor Wat (dok.pribadi)
Ticket masuk ke kawasan Angkor Wat (dok.pribadi)
Untuk ke Angkor Wat biaya sewa tuk-tuk 15 USD. Bagusnya kalo kesini bertiga atau berempat jadi biaya sewa tuk-tuknya lebih murah. Pengalaman kemarin sewa tuk-tuk 15 USD tuk berdua aku dan Aini. Tuk-tuk kami sewa sejak pukul 05.30 am -- 02.30 pm. Supir tuk-tuk kami bernama Pak Musa (+85569488075) orangnya ramah dan bisa bahasa melayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun