Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Atraksi Nelayan Intha di Inle Lake, Myanmar

24 Maret 2018   04:16 Diperbarui: 24 Maret 2018   13:05 1888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama ibu penal bunga di pasar (dokumentasi pribadi)

Aku memulai perjalanan ke Inle dari Yangon dengan menumpang bus dan harga tiket 16000 kyatt per orang. Rabu, 24 Januari 2018 keberangkatan pukul 05.00 pm dan tiba di Nyaung Shwe esok hari pukul 04.00 am. Untuk masuk ke kawasan Inle zone, para wisatawan dikenakan tiket seharga 13500 kyatt. Tiba di Inle, atas kebaikan seorang bapak yang membantuku mencarikan tuk-tuk. 

Setelah mendapat tuk-tuk, aku langsung diantar ke hostel dan pemilik hostel mau menerimaku. Setelah check in, masuk kamar nunggu waktu sholat habis itu sholat subuh dan langsung istirahat.

Kamis, 25 Januari 2018 siang hari aku mengunjungi museum yang ada di Inle. Sore hari aku mulai mencari informasi tentang perahu untuk keliling Inle lake. Jika di hostel memberiku harga 16.000 kyatt, bagiku harga ini sangat mahal. Akhirnya aku ke boat loading, disana aku ditawari harga 14.000 kyatt

(dokumentasi pribadi)
(dokumentasi pribadi)
Museum di Nyaung Shwe (dok.pribadi)
Museum di Nyaung Shwe (dok.pribadi)
Balik ke hostel, hal ini aku ceritakan dengan room mate-ku. Aku kemudian meminta pendapatnya bagaimana jika jumat pagi aku ke boat loading, mungkin bisa bertemu orang tuk share cost biaya perahu. Tanggapannya, hal itu juga yang ingin aku sampaikan kepadamu Irma. Besok kamu bangun pagi sekali, sebelum pukul 07.00 am kamu sudah harus berada di boat loading. Kujawab Ok

Jumat 26 Januari 2018 setelah melaksanakan sholat subuh. Pukul 06.30 am udara dingin menusuk. Letak Inle ini di daerah atas dekat pegunungan sehingga jika kesini tak lupa untuk membawa jaket tebal. Aku berjalan menuju boat loading. Dalam perjalanan menuju boat loading aku melihat beberapa orang berdiri di pinggir jalan sambil membawa panci. Isi panci tersebut makanan yang akan dibagikan kepada biksu.

(dokumentasi pribadi)
(dokumentasi pribadi)
Tiba di boat loading, aku bertemu dengan lima orang yang berasal dari Asia. Aku bertanya, apakah aku bisa bergabung dengan mereka untuk keliling inle lake. Untuk biaya perahu share cost saja. Salah satu dari mereka menjawab Tidak bisa.

Mungkin saja alasannya perahu yang kecil, hanya cukup untuk lima orang dan satu orang yang membawa perahu. Bagiku tak masalah, aku pun jalan lagi masih di seputaran boat loading dan masih berharap dapat bertemu dengan rombongan yang akan keliling inle lake. Akhirnya aku putuskan untuk sarapan pagi dulu.

 Setelah menikmati sarapan, aku bergegas lagi. Semesta mendukungku. Aku bertemu dengan lima perempuan yang ingin ke inle lake. Dari lima orang tersebut satu orang tidak bisa berangkat karena sedang migraine. Namanya ibu Jana. Kursi buat dia, diberikan kepadaku.

Sebelum naik ke boat, dia menanyakan asalku. Kujawab dari Indonesia. Dia tanya lagi, Indonesia  mana? Kujawab south Sulawesi. Dia tanya lagi, apakah aku serius? Kujawab iya. Dia memberiku informasi bahwa dia pernah tinggal di Tonasa, Pangkep tahun 1963 -- 1969. Ayahnya seorang dokter. Karena boat akan berangkat maka perbincangan kami selesai. Sebelum berangkat, dia berpesan pulang dari keliling inle lake kita ketemu lagi yah. Dia rindu berbicara bahasa Indonesia.

Bersama Ibu Jana (dok. pribadi)
Bersama Ibu Jana (dok. pribadi)
Di boat telah disediakan tempat duduk dan life jacket berjumlah lima buah yakni sesuai dengan jumlah penumpang. Perahu yang digunakan kecil muat untuk enam orang. Selama menyusuri inle lake banyak pemandangan cantik. Perbukitan yang mengelilingi inle lake, ada rumah-rumah panggung di atas air kalo di Indonesia mirip-mirip rumah suku Bajo, barisan enceng gondok, kawanan burung dan yang paling menarik adalah atraksi nelayan Intha yang sedang menjala ikan.

Restoran (dok. pribadi)
Restoran (dok. pribadi)
Membungkus tembakau (dok.pribadi)
Membungkus tembakau (dok.pribadi)
(dokumentasi pribadi)
(dokumentasi pribadi)
Pagi itu aku menyaksikan atraksi dari nelayan Intha yang hanya menggunakan satu kaki saja. Terlintas di kepalaku, bagiku atraksi itu pasti sangat susah. Sedangkan bagi Intha itu hal yang lumrah, yang hanya memerlukan keseimbangan badan sempurna di ujung perahu, seperti atraksi sirkus yang sedang melakukan acrobat. 

Aku lihat ada Intha yang berdiri dengan satu kaki, terus tangan kanan memegang dayung dan mengangkat jala dengan tangan serta kaki kiri. Mengutip ucapan bapak yang membawa perahu, atraksi ini akan di pertontonkan pada saat sunrise dan sunset

(dokumentasi pribadi)
(dokumentasi pribadi)
Selama di Inle lake, aku dibawah ke tempat pembuatan perhiasan perak dan toko souvenir perak, Tun Kyai Sin Traditional Gold & Silver Smith. Di tokonya pembayaran dapat dilakukan dengan mesin kartu kredit. Di tempat ini aku dipake-in tanaka. Itu loh bedak khas Myanmar yang berasal dari kayu. Lalu ke Taung Toe untuk melihat market dan membeli Laungyi seharga 5000 kyatt,  tempat pembuatan kertas dan payung handmade. Lalu diajak untuk melihat silk dan lotus weaving, aku sempat membeli syal seharga 10500 kyatt.

Di pake-in Tanaka (dok.pribadi)
Di pake-in Tanaka (dok.pribadi)
Melihat floating village, tembakau dan ke Phaung Daw OO Pagoda untuk melihat Buddha image. Di halaman pagoda ini banyak burung merpati. Trus makan siang di restoran. Trus ke Yma Mah untuk melihat Long Neck Women. Sedikit informasi yang aku dapatkan tentang Long Neck Women. 

Mengenakan sejak umur 9 tahun. Nah 10 tahun kemudian atau saat usia 19 tahun menggunakan ukuran kecil dan big change. Umur 25 tahun akan menggunakan semuanya dengan total 25 rings. Aku pikir jika tidur akan dilepas dan faktanya tidak. Berat kalung itu 8 kg dan untuk under knee hanya 2 kg.

Long Neck Women (dokumentasi pribadi)
Long Neck Women (dokumentasi pribadi)
Sabtu pagi, 27 Januari 2018 sebelum meninggalkan Nyaung Shwe, aku sempatkan mengunjungi pasar tradisional sambil mencari bekal di perjalanan menuju Bagan. Harga buah-buahan di pasar ini seperti jeruk 200 kyatt per biji, pir 700 kyatt per biji, apel 700 kyatt per biji dan masih bisa bisa di tawar. Buah dan sayur-sayuran disini segar. Untuk kawasan Nyaung Shwe yang susah itu ikan air laut. Ikan air tawar yang aku temukan seperti nila. 

Di pasar ini, aku bertemu dengan ibu penjual bunga dan ingin memberiku bunga, namun aku tolak. Di pasar aku bisa berinteraksi dengan pedagang dan bisa melihat langsung kehidupan masyarakat di Nyaung Shwe.

Bersama ibu penal bunga di pasar (dokumentasi pribadi)
Bersama ibu penal bunga di pasar (dokumentasi pribadi)
Perjalanan ke Nyaung Shwe khsususnya di Inle Lake memberikanku pelajaran tentang bagaimana aku bertemu dengan orang baru, pelajaran baru bahkan budaya baru. Aku bersyukur dengan apa yang sudah aku dapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun