Selasa, 26 Juni 2016 mengunjungi Kota Payakumbuh hingga kab. lima puluh kota yakni ke Lembah Harau dan kelok sembilan. Kelok sembilan merupakan rusa jalan yang menghubungkan Propinsi Sumatera Barat dan Riau. Aku mengira jika kelok 9 ini berbentuk angka 9 ternyata aku salah, kebenarannya adalah jumlah kelokannya 9. Tikungan yang bereda di kelok 9 ini menanjak dan tajam. Ketinggian jalan yang diukur dari salah satu ujung jalan yang di bawah dengan ujung jalan yang di atas sekitar 80 m. Panjang jalan sepanjang kelok 9 ini adalah sekitar 300 m. Dengan kondisi menanjak dan tikungan yang tajam sudah tentu berdampak terhadap kendaraan khususnya truk. Saat ini di ruas kelok 9 telah dibangun jalan layang di atas ruas jalan kelok 9 yang lama. Fondasi jalan layang yang berkelok-kelok dan penting di antara dua buah bukit membuat jalan ini menjadi ‘obyek wisata”.
Rabu, 27 Januari 2016 mengunjungi Danau Maninjau, merasakan kelok 44 dan rumah kelahiran buya hamka. Berdasarkan informasi dari seorang kawan yang berasal dari Lubuk Basung, danau maninjau terbentuk dari proses vulkanik akibat letusan Gunung Tinjau. Sedangkan kelok 44 merupakan daerah perbukitan yang berada di atas Danau Maninjau. Pemandangan dari Kelok Ampek Ampek akan terlihat pesona danau maninjau, tampak barisan bukit berdiri tegak yang hijau dan cantik. Panorama danau dengan nuansa kebiruan berpayungkan langit yang dipenuhi oleh gumpalan awan. Karena waktu telah menunjukan makan siang, maka diputuskan makan siang di ‘dangau”,. Ough iya di danau Maninjau, terdapat budidaya keramba jaring apung. Kegiatan budidaya salah satu sumber perekonomian masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar danau Maninjau. Berdasarkan brosur Kab. Agam, ternyata Rumah Buya Hamka teletak di daerah Maninjau. Karena hari telah sore, aku hanya melihat depan saja tidak masuk ke dalam rumah tersebut. Rumah tersebut langsung berhadapan dengan Danau Maninjau bentuknya masih tradisional rumah gadang.
Kamis, 28 Januari 2016 ke lembah anai di kota Padang Panjang kemudian mengunjungi rumah aie anggek cottage. Air terjun lembah anai terletak di pinggir jalan yang menghubungkan Kota Padang-Bukittinggi. Karcisnya Rp. 3.000,-/orang, yang aku tahu air tern ini termasuk ke dalam kawasan konservasi cagar alam Lembah Anai. Dari air terjun perjalanan dilanjutkan ke aie angek cottage. Yang aku tahu pemilik Aie Angek Cottage adalah Fadli Zon. Cottage ini dilengkapi kolam renäng, restoron dan berlatar belakang gunung Singgalang. Di samping aie angek cottage terdapat rumah puisi Taufik ismail. Rumah yang di sepanjang dindingnya dipasang puisi-puisi karya Taufik Ismail. Sepertinya rumah ini dapat digunakan untuk pagelaran puisi.
Jumat, 29 Januari 2016 melihat Rafflesia dan menikmati segelas kopi luwak kemudian ke daerah Kab. Pasaman mengunjungi museum Imam Bonjol terakhir ke terusan kamang.
Sabtu, 30 Januari 2016 sabtu aku, Kak Rima dan Gina mencoba untuk mendaki gunung marapi. Pukul 05.00 WIB kami bertiga meninggalkan Bukittinggi menuju Kab. Agam untuk mendaki Gunung Marapi. Pendakian kali ini tidak menargetkan untuk sampai ke puncak. Pendakian kali ini hanya untik melatih kaki kiriku dan melatih Gina. Tepat pukul 11.30 WIB saat kabut turun kami bergerak untuk turun ke basecamp. Saat tiba di basecamp hujan pun turun dengan sangat deras.
Minggu, 31 Januari 2016, janjang saribu, great wall dan lubang jepang. Dalam bahasa Minang janjang diartikan tangga, sedangkan saribu artinya seribu. Aku bersyukur, mencoba janjang saribu dari atas ke bawah sehingga capeknya tidak terasa, tetapi membuat lutut sakit dikarenakan turunan.
Janjang Koto Gadang tau disebut juga The greatwall of Koto Gadang. Dari janjang ini aku data menyaksikan pemandangan yang menakjubkan dari Ngarai Sihanok. Ngarai sihanok merupakan sebuah lembah yang hijab, subur dan indah. Lubang Jepang merupakan bunker peninggalan jepang. Lubang ini tarletan di Bukit Sianok Bukittinggi. Di gua ini terdapat dapur, penjara. Salah satu kekejaman tentara jepang adalah pembantaian tahanan.
[caption caption="Lubang Jepang"]
[caption caption="Fort De Kock"]
Inilah pengalamanku selama 15 hari di Ranah Minang, propinsi yang sangat ingin aku kunjungi setelah mengenal ‘dia’. Seharusnya bisa menikmati keindahan ranah minang bersamanya, apa daya manusia hanya bisa berencana tapi Tuhan yang menentukan. Semoga suatu hari nanti aku dapat kembali menikmati indahnya ranah minang dan mencicipi kulinernya.