Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Chemical Engineer

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mewujudkan Pembangunan Inklusif

26 Februari 2022   06:33 Diperbarui: 26 Februari 2022   09:41 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi: pembangunan inklusif dapat mereduksi ketimpangan dan kemiskinan. Sumber: gettyimages/nurphoto
Ilustrasi: pembangunan inklusif dapat mereduksi ketimpangan dan kemiskinan. Sumber: gettyimages/nurphoto

Data Bank Dunia tahun 2020 menunjukkan, sekitar 53,2 persen orang Indonesia masih tergolong miskin dan rentan; belum merdeka dari kemiskinan. Artinya, 53,2 persen penduduk Indonesia masih rentan dan sensitif terhadap guncangan ataupun inflansi. Mereka yang paling merasakan dampak guncangan, misalnya pandemi Covid-19.

Pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang terjadi selama pandemi telah membatasi banyak orang, khususnya pekerja informal, untuk memperoleh pendapatan. 

Ketika tabungan yang dimiliki semakin tipis atau habis, ditambah minimnya bantuan dari pemerintah, tidak sedikit dari mereka pada akhirnya menjadi miskin.

Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia awal tahun 2020, BPS mencatat kemiskinan di Indonesia naik hampir 1 persen dari September 2019 menjadi 10,19 persen pada September 2020. 

Pandemi Covid-19 telah membuat hidup orang miskin dan rentan semakin terpuruk. Akibatnya, jurang pemisah antara orang kaya dan orang (rentan) miskin semakin lebar.

Minimnya pendapatan membatasi kesempatan atau peluang orang miskin untuk mengubah nasibnya. Ada kesenjangan kesempatan. Inilah faktor ketiga penyebab terjadinya ketimpangan. 

Hasil penelitian Mayang Rizki dkk (2019) dari SMERU Research Institute menunjukkan, anak yang lahir dan tumbuh dari keluarga miskin cenderung akan tetap miskin ketika dewasa.

Salah satu sebabnya adalah mereka tidak memiliki kesempatan awal yang baik dan adil. Kondisi ekonomi orang tuanya membuat mereka tidak bisa menikmati pendidikan dan kesehatan yang baik. Tanpa memiliki akses pendidikan dan kesehatan yang berkualitas mereka akan terjebak dalam lubang kemiskinan.

Selain itu, pekerjaan yang tidak adil dan merata juga menjadi penyebab ketimpangan. Upah antara sejumlah pekerja terampil dengan sebagian besar pekerja kurang terampil masih timpang. 

Meningkatnya permintaan pekerja yang terampil tidak diikuti dengan ketersediaan pelatihan bagi pekerja untuk reskilling dan upskilling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun