Tokoh Anne-Morgan (diperankan oleh Eve Hewson), dalam film Tesla, 2020, bertanya kepada Nikola Tesla (diperankan Ethan Hawke) : idealisme tidak bisa berjalan seiring dengan kapitalisme. Benar atau salah?
Kalau saya sebagai Nikola Tesla, saya akan menjawab benar. Kapitalisme saat ini benar- benar menyetir keinginan anak muda.Â
Barang atau produk yang ada saat ini sebagian besar ditujukan untuk kalangan anak muda. Para produsen barang atau jasa sangat memahami keinginan anak muda, yaitu tidak ada yang lebih menarik selain mengikuti tren atau kekinian.
Pertarungan antara iPhone dan android pun sejatinya tentang kemapanan. Anak muda dihipnotis, kalau tidak punya gadget terbaru belum bisa dikatakan mapan. Prestise diukur dengan benda atau barang yang dimiliki atau dibeli. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau banyak anak muda yang begitu mudahnya berganti- ganti smartphone, padahal smartphone lama masih layak pakai.
Saya punya teman yang rela kerja lembur hanya demi membeli smartphone baru meski yang lama masih bagus. Bahkan ada teman saya yang lain sampai berhutang.Â
Ketika saya tanya mengapa harus beli smartphone baru, ia mengatakan kepada saya, smartphonenya yang akan dibelinya sangat cocok untuk menunjang hobi game onlinenya.
Kemapanan telah mengarahkan anak muda untuk bergaya hidup konsumtif. Manusia memang tidak pernah puas. Semakin kita mencari kepuasan dari dunia ini semakin kita tidak pernah merasa puas.
Kita sering mendengar istilah nikmatilah hidup selagi muda. Istilah itu cenderung dimaknai dengan agak keliru. Alih- alih mengelola gaji dengan baik, banyak anak muda yang menghabiskan uangnya untuk menikmati masa mudanya. Anak muda sekarang cenderung menghabiskan uangnya untuk belanja online.
Menikmati masa muda memang menyenangkan, apalagi kalau belum menikah. Tapi tunggu dulu. Apa benar anak muda sekarang menikmati masa mudanya?.
Baru-baru ini saya membaca laporan hasil survei Deloitte terhadap pekerja milenial dan generasi Z. Hasil survei itu menunjukkan 44 persen pekerja milenial dan 48 persen pekerja generasi Z mengalami gangguan mental, khususnya stres dan rasa cemas.
Dalam laporan Deloitte itu juga disebutkan meningkatnya gangguan mental pada pekerja milenial dan generasi Z disebabkan oleh masalah ekonomi, seperti kesejahteraan, kondisi keuangan dan prospek karir.