Di media sosial tidak ada yang lebih buruk selain jari netizen yang liar.Â
Jari tangan kita bisa menjadi air yang menyejukkan dan bisa menjadi api yang membakar. Dengan media sosial, orang yang sedang mengalami kesulitan bisa ditolong. Sebaliknya, perilaku buruk seperti menghujat, menyebar berita bohong, pornografi, bahkan membunuh bisa juga terjadi melalui media sosial.
Terkadang kita memamerkan kerohanian dan ritus keagamaan lewat media sosial. Tetapi di lain waktu kita memaki orang lain di media sosial. Ada yang mengobral ayat Kitab Suci dan menampilkan simbol agama di media sosial, tetapi disisi lain kita rasis terhadap negara Vanuatu.Â
Kita menunjukkan aksi bantuan sosial yang kita lakukan melalui media sosial. tetapi disisi lain kita menyebar kebencian. Tidak hanya itu, ada juga diantara kita yang berdoa kepada Tuhan lewat media sosial. Padahal dalam kesehariannya, mungkin tidak pernah berdoa kepada Tuhan secara pribadi. Semuanya menjadi paradoks ketika manusia bermedia sosial,
Media sosial telah membuat manusia semakin kreatif menunjukkan kemunafikannya. Kemunafikan paling halus tanpa kita sadari adalah sikap narsis di media sosial.Â
Obsesi diri agar terlihat baik dan penting telah membuat sebagian warganet hanya menampilkan potongan dirinya yang baik. Malah, tidak sedikit yang menggunakan topeng ketika "hidup" media sosial.
Sisi terang dalam dirinya ditampilkan ke media sosial dalam bentuk kenarsisan diri. Perilaku tersebut sah-sah saja. Tetapi yang menjadi persoalan apabila kita melakukannya karena ego dan bersifat manipulatif.Â
Sikap narsis agar selalu terlihat menarik bagi orang lain telah menjadi topeng yang selalu kita pakai di media sosial. Itulah sebabnya kasus penipuan marak terjadi melalui media sosial. Dan relasi yang dibangun di media sosial umumnya dangkal dan egois.
Disisi lain, ada juga yang biasa-biasa saja memperlihatkan sisi gelapnya. Aib atau kasus yang dialaminya, dituangkan dalam kicauan di media sosial. Alasan orang melakukannya sangat beragam.Â
Ada yang melakukannya demi sensasi dan popularitas. Ada juga yang percaya media sosial bisa membantu menyelesaikan masalahnya. Harus kita akui, media sosial punya kekuatan untuk mewujudkan hal tersebut.