Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Chemical Engineer

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Politik Tanpa Kemanusiaan

4 Oktober 2020   05:31 Diperbarui: 5 Oktober 2020   06:39 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga negara itu cukup berhasil menangani pandemi tanpa lockdown. Kuncinya ada pada tiga faktor yang disebutkan oleh Francis Fukuyama, apapun kebijakan negara dalam menangani pagebluk. Namun sayangnya, di Indonesia hal itu ibarat jauh panggang dari api.

Para pemimpin yang mengutamakan kemanusiaan akan mampu mengendalikan libido kekuasaannya. Itulah negarawan. Orang yang seperti itu tidak mau tersandera oleh kepentingan pendukungnya. Ia tidak akan mengutamakan stabilitas politik. 

Lain hal kalau pemimpin itu sebatas politisi. Sastrawan Agus Noor, dalam Lelucon Para Koruptor pernah menulis demikian; 

Bila pemimpin itu politikus, ia akan menyelesaikan masalah dengan cara membuat masalah baru, agar masalah lama tertutupi.

Para pemimpin adalah negarawan kalau ia memberi keteladanan dan tidak menyalahkan rakyat atas kegagalannya. Ia pasti paham bahwa disiplin 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak) harus diimbangi dengan disiplin untuk melakukan 3T (testing, tracing, treatment). Jika penanganan pagebluk Covid-19 masih terus ngawur dan tak jelas, jangan harap ekonomi akan pulih dengan cepat. 

Ekonom M. Chatib Basri dalam tulisannya di Harian Kompas pada 25 September 2020 mengatakan bahwa pemulihan ekonomi mungkin akan berbentuk huruf U bukan V bila pandemi belum terkendali dengan baik.

Seorang negarawan akan mempertaruhkan reputasi politiknya dengan melakukan apapun agar pagebluk terkendali dengan baik sehingga rakyat bisa aman, sehat dan ekonomi bisa kembali membaik. Itulah politik untuk kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun