Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Chemical Engineer

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pernikahan, Perselingkuhan, dan Perceraian

21 September 2020   06:06 Diperbarui: 21 September 2020   07:04 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Selingkuh. Sumber : Thinkstock

Dalam sebuah relasi atau dalam kehidupan sosial, umumnya mata adalah kelemahan laki- laki, sedangkan perempuan terletak pada telinganya. Dari titik kelemahan itu, jika tidak memiliki kendali diri yang baik, laki- laki dan perempuan bisa terjebak dalam relasi yang tidak sehat, termasuk perselingkuhan.

Sains menjelaskannya secara jelas. Ketika seorang laki- laki memandang seorang perempuan cantik, maka matanya akan memberi sinyal kepada otak bahwa perempuan itu menarik. Lalu, hormon dopamin akan menguasai otak. Timbul sensasi nikmat dan ketagihan. Itulah perasaan jatuh cinta atau kasmaran. 

Bila perasaan itu sudah membajak otak, maka laki- laki bisa menjadi tidak rasional. Perempuan juga mirip seperti itu. Bedanya hanya diawal. Saat ia diperhatikan secara intens oleh seorang laki- laki yang menyukainya dan ia merespon dengan baik, maka otak perempuan itu akan dipenuhi dopamin, yang membuat ia "bahagia". Muncul sensasi jatuh cinta. Perasaan itu juga akan membuatnya sulit rasional bila sudah membajak otak.

Bila berlanjut ke dalam hubungan terlarang, hormon oksitosin akan memenuhi sistem tubuh. Dampaknya, seperti orang yang baru jadian atau menikah. Dan itu akan membuatnya ketagihan, ingin selalu bersama sepanjang waktu. Proses hormonal atau biokimia yang terjadi pada orang yang sedang kasmaran, menurut ahli neurosains, juga terjadi pada orang yang sedang selingkuh.

Selingkuh sejatinya tidak hanya tentang memiliki relasi dengan yang lain selain pasangan. Selingkuh adalah suatu kondisi atau proses dimana seseorang yang telah memberikan perasaannya kepada pasangan tetapi mengambilnya, sebagian atau seluruhnya, kemudian memberikannya kepada orang lain tanpa diketahui pasangannya.

Selingkuh esensinya adalah tidak setia, tidak jujur, dan berlaku serong. Sedangkan didalam cinta ada kejujuran dan kesetiaan. Selingkuh bukan memberi atau membagikan cinta kepada orang lain yang bukan pasangan. Karena "cinta" kita kepada pasangan bukanlah cinta, kalau kita selingkuh. Ketika kita selingkuh, saat itu juga, sejatinya kita sedang tidak mencintai pasangan.

Mungkin, hampir semua orang pernah selingkuh. Ada yang berselingkuh secara fisik. Selingkuh secara fisik sudah sampai ke tahap melibatkan kontak fisik dengan selingkuhan. Perseliingkuhan secara fisik biasanya sudah terjadi cukup lama dan dalam. Kalau sudah tidak terkontrol, perilaku berpelukan, berciuman, atau bahkan bercinta tidak sulit untuk dilakukan. Bahkan, ada yang sampai menikah dengan selingkuhannya. 

Tetapi, ada juga yang berselingkuh secara emosional atau perasaan. Selingkuh pada tahap ini biasanya belum ada kontak fisik dengan selingkuhan. Prosesnya bisa sudah lama atau masih baru. Selingkuh yang seperti ini mungkin saja pernah kita lakukan tanpa kita sadari.

Kita bisa saja bukan tipikal orang yang agresif dan pemalu. Tetapi, diam-diam kita bisa memiliki perasaan suka kepada seseorang, termasuk rekan kerja di kantor. Kita ingin ketemuan, dekat denganya atau berfantasi tentang dia. Kita mungkin suka stalking media sosialnya. Ini juga termasuk perselingkuhan.

Pada tahap yang nekat, kita berani menggodanya (flirting) dan membangun hubungan Teman Tapi Mesra (TTM) atau Friend With Benefit (FWB). Meskipun belum atau tidak terjadi kontak fisik, tetap saja sudah berselingkuh. Karena, sebagian atau seluruh perasaan kita untuk pasangan telah kita berikan kepada orang lain. 

Kita tidak setia dan tidak jujur dengan diri sendiri dan pasangan. Konsekuensinya adalah kita tidak lagi memikirkan pasangan dan mengkhianati janji pernikahan. Perasaan kepada pasangan luntur dan hilang. Waktu dan kebersamaan dengan pasangan berkurang atau menjadi tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun