Kegiatan 30
Makam Datuk Selampaian yang terletak di Kabupaten Banjar kami datangi. Kami menghabiskan waktu 10 hingga 15 menit untuk membaca surah yasin, zikir, doa dan sebagainya. Di makam Datuk Selampaian juga banyak sekali pedagang yang menjajakan dagangannya di lorong masjid yang menghubungkan 2 makam. Di lorong ini, sisi kanan dan kirinya dipenuhi dengan warga yang menggelar dagangannya berupa souvenir dan sebagainya. Selain melakukan zikir dan doa, kami juga dibimbing langsung oleh warga sekitar yang menjadi tour guide di Makam Datuk Selampaian. Beliau menceritakan tentang tokoh Datuk Selampaian. Walaupun dijelaskan dengan bahasa banjar, kami tetap dapat mengerti penjelasan dari tour guide tersebut. Sosok Syekh Muhammad Arsyad Albanjari memang dikenal sebagai seorang ulama yang alim dan saleh di masanya. Beliau dilahirkan di Desa Lok Gabang, Kabupaten Banjar pada 17 Maret 1710 dan meninggal dunia di desa Dalam Pagar, Kabupaten Banjar pada 13 Oktober 1812. Makamnya berada di Desa Kalampayan Tengah Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar. Karena bermakam di Desa Kalampayan Tengah, oleh orang-orang Banjar, ulama kharismatik ini kemudian sering digelari Datuk Kalampayan. Semasa hidupnya, ulama bermazhab Imam Syafi’i ini mengabdi sebagai mufti atau tokoh agama di Kerajaan Banjar. Beliau banyak mengarang kitab fikih Islam, di antaranya adalah Kitab Sabilal Muhtadin dan Kitab Tuhfatur Raghibin. Kedua kitab ini sangat dikenal di kalangan umat Islam Kalimantan Selatan karena dijadikan nama dua masjid terkenal di Banjarmasin, yaitu Masjid Raya Sabilal Muhtadin dan Masjid Jami Tuhfatur Raghibin atau Masjid Kanas.
Kegiatan 31
Mengenal Tarian dan alat musik Kalsel di Gedung PSKM FK ULM BJB. Panting adalah alat musik tradisional sejenis gambus namun dengan ukuran yang lebih kecil. Istilah panting sendiri berasal dari kata memanting yang dalam bahasa Banjar berarti memetik. Pada awalnya, alat musik panting dimainkan secara solo atau perorangan. Namun seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, panting akan lebih menarik apabila dimainkan dengan beberapa alat musik lainnya. Maka sekarang musik panting lebih sering dimainkan sebagai ensambel dengan alat-alat musik seperti babun, gong, dan biola. Tarian Baksa Kambang merupakan salah satu jenis tari tradisional khas Suku Banjar yang biasa dipertunjukan dan dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu besar dan terhormat di Kalimantan Selatan. Kata “Baksa” sendiri memiliki makna dan arti berupa kelembutan sehingga menjadi filosofi bentuk kelembutan tuan rumah terhadap para tamunya. Tarian klasik ini biasa dibawakan oleh seseorang atau sekelompok yang semuanya wanita dengan jumlah ganjil. Tari Baksa Kambang sendiri memiliki gambaran tema cerita para remaja putri yang memiliki paras cantik sedang bermain bunga di sebuah taman. Kemudian, para remaja putri yang cantik itu memetik dan merangkai bunga tersebut menjadi kembang bogam.
Kegiatan 32
Kami mendatangi kawasan tanah gambut yang terletak di Sukamaju, Landasan Ulin Utara, Banjarbaru. Saya baru pertama kali melihat tanah gambut, sebab di daerah asal saya, yakni di Tangerang, tidak ditemukan tanah gambut sama sekali. Saya memegang tekstur tanah gambut, lalu melihat pertama kali air gambut. Ternyata air gambut berwarna seperti air soda dan saat saya menceburkan kaki saya di rawa gambut, telapak kaki saya terasa cekat-cekit. Disana saya diberitahu mengenai ekosistem rawa gambut, seperti susunan tanah gambut, vegetasi tanah gambut, risiko kebakaran tanah gambut hingga aktivitas warga yang tinggal disekitar lahan rawa gambut. Hal terunik yang saya tahu adalah daun-daun pohon yang hidup disekitaran rawa gambut berwarna kuning (menguning).
Kegiatan 33
Di Provinsi Kalimantan selatan, atau di tanah banjar banyak sekali permainan - permainan tradisional yang bisa anda coba untuk di mainkan dengan teman atau dengan orang lain sesama teman sejawat. Berikut ini permainan tradisional Kalimantan Selatan yang masih bertahan yakni Ampar-Ampar Pisang. Kedua permainan ini tanpa alat khusus, hanya cukup menggunakan kedua tangan sebagai media bermain dan iringan lagu dari mulut pemain.
Kegiatan 34
Cuk cuk bimbi adalah permainan tradisional anak-anak Banjar, menggunakan alat yang sangat sederhana hanya menggunakan kertas kecil yang didilipat kecil kurang lebih 1cm yang akan digenggam oleh seorang pemain. Permainan ini dapat diikuti baik anak laki-laki maupun anak perempuan dari 3 sampai 5 orang yang duduk bersila berhadapan dengan membuat bundaran, satu orang dari mereka harus “jadi” atau yang jaga, yang ditentukan dengan cara hompimpah terlebih dahulu. Yang kalah harus harus membungkukkan badan atau telungkup. Semua yang main meletakkan kedua belah tangannya dengan terbuka diatas yang “jadi” sambil Bersama- sama membaca pantun yang berbunyi :