Kegiatan 16
Kami berkunjung ke konservasi satwa liar kalimantan yang berada didalam kawasan tahura sultan adam, disana kami mendapatkan informasi satwa-satwa khas kalimantan seperti rusa sambar, beruang madu, rusa totol, binturong, buaya sapit dan biul kalimantan. Kami mendapatkan informasi berpa habitat ideal dari masing-masing satwa, pakan satwa liar, penyakit satwa liar, hingga proses perkawinan dari masing-masing jenis satwa. Kami memberi makan rusa sambar dengan kangkung yang diberikan diawal. Saya baru mengetahui jikalau tubuh rusa sambar itu sangat besar, kepalanya melebihi badan saya sepertinya. Disana juga saya melihat beruang madu, yang mana merupakan hewan asli Kalimantan Selatan, badannya kecil dengan rauman yang kecil, saya kira awalnya itu merupakan musang besar, tetapi itu merupakan beruang yang berukuran kecil.
Kegiatan 17
Kami melakukan ziarah ke Makam Sultan Suriansyah di daerah Kuin Utara Banjarmasin.Pada saat ziarah ke komplek Makam Sultan Suriansyah kita dapat menemukan makam-makam raja ke-2 yaitu Sultan Rahmatullah dan Raja Ke-3 yaitu Sultan Hidayatullah serta beberapa makam yang lain termasuk di antaranya Makam Khatib Dayan pembawa Islam pertama kali ke banua Banjar ini. Ada yang menarik dari perjalanan ziarah ke Makam Sultan Suriansyah ini adalah beberapa peninggalan yang ada di komplek pemakaman beliau tersebut di antaranya adanya sumur raja yang biasanya dipakai oleh istri-istri raja dan penghuni kerajaan. Di makam raja, juga terdapat Sungai Kuin yang menjadi daya tarik wisatawan di Kalimantan Selatan.
Kegiatan 18
Kami mendatangi Museum Sultan Suriansyah. Didalam museum, kami disuguhkan dengan beberapa peninggalan Raja Sultan Suriansyah, berupa pecahan genteng, tembikar, guci kuno, perhiasan kerajaan, hingga baju adat daerah Kuin pada masa lalu. Disana kami belajar tentang raja banjar pertama. Raja Banjar pertama yaitu Sultan Suriansyah oleh utusan kerajaan Demak yang saat itu dalam masa jayanya, karena sang penguasa memeluk Islam akhirnya rakyatnya pun ikutan memeluk Islam. Sultan Suriansyah sendiri adalah pangeran kerajaan Daha yang dibuang oleh pamannya, sehingga Sultan Suriansyah meminta bantuan kerajaan Demak dan akhirnya mendirikan kerajaan baru. Semasa kekuasaan kesultanan Banjar para penguasa berusaha membangun hubungan dengan para ulama, banyak dari mereka yang dinikahkan dengan putri kesultanan Banjar, sehingga pengaruhnya semakin besar. Tidak hanya belajar tentang sejarah masuknya islam di Kalimantan Selatan, akan tetapi kami juga belajar tentang asal muasal kain sasirangan, yang mana menjadi cikal bakal sasirangan pada masa kini.
Kegiatan 19
Kegiatan dimulai pukul 4 pagi, dimulai dari titik 0 Banjarmasin atau yang dikenal dengan nama "Taman Siring". Matahari masih gelap, kami menaiki klotok berukuran sedang, sebagian mahasiswa berada diatas kapal, sebagiannya lagi berada dibagian dalam kapal. Saya berada dibagian atas kapal. Sungguh indah pemandangan sungai martapura ini. Saya melihat kehidupan masyarakat banjar dipinggiran sungai martapura ini, ada kampung hijau yang satu kampung full di cat berwarna hijau, ada juga kampung biru yang mana semua rumah disana di cat berwarna biru. Selain itu, ada ekosistem hutan rawa sagu yang ada disepanjang pesisir Sungai Martapura. Dikapal, kami juga dijelaskan tentang sejarah sungai martapura yang menjadi jalur transportasi air masyarakat banjar. Kesenian daerah hingga makanan khas juga banyak yang lahir dari pesisir Sungai Martapura, seperti seni manopeng. Manopeng biasanya digelar sebagai ungkapan syukur, ritual bebersih desa atau penolak bala. Tarian yang digelar setahun sekali setiap Muharram ini menjadi kesenian khas Banjarmasin. Daya tarik Manopeng terletak pada ritual mengundang para leluhur dan mahluk gaib lainnya. Jika makanan, contohnya yakni wadai dan sate ayam banjar.
Kegiatan 20
Pasar terapung tradisional yang ada sejak dulu kala. Dan sekarang menjadi objek wisata yang terkenal itu. Hanya buka di hari Sabtu dan Minggu pagi saja. Buka sampai siang. Kami ke Pasar terapung menggunakan kelotok (perahu besar) yang menawarkan jasa kepada wisatawan yang ingin menyusuri Sungai Martapura baik secara regular maupun sewaan. Harga tiket untuk kelotok regular sangat murah meriah, namun rute perjalanannya pun singkat, hanya sekitar 10–15 menit saja. Di Pasar terapung itu, acil-acil (ibu-ibu) menjual dagangannya dengan naik perahu kecil. Bermacam-macam, buah-buahan, kerajinan, dan hasil bumi lainnya. Ada pula perahu kecil dengan atap yang dijadikan warung makan. Selain itu, ada beberapa penjual makanan dan camilan khas Banjar. Duduk di bangku kecil atau beralaskan tikar. Ketika ada perahu motor yang melintas dengan kecepatan tinggi, ombak yang ditimbulkan membuat dermaga kayu juga bergoyang-goyang.