Hujan yang terus lebat cukup berpengaruh pada kondisi alam dan lingkungan di Sukabumi. Mengakibatkan terjadinya longsor di beberapa tempat, salah satunya telah terjadi bencana longsor di Tanjakan Cipeuncit, Pada Selasa, 5 Desember 2023 sekitar pukul 17.30. yang berada di Kampung Renged, Rt 06/02, Desa Cipeutir, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Meskipun kejadian ini merusak mes para pekerja pabrik tahu, berita positifnya adalah bahwa tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari warga sekitar di kejadian tersebut (Desi, 31tahun), Desi mengatakan Longsor terjadi saat kawasan tersebut diguyur hujan deras, sekitar pukul 17.30 WIB. Bencana longsor ini dipicu oleh hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut sejalan dengan musim kemarau yang panjang, menyebabkan tanah menjadi kering dan rentan terhadap longsor. Dan menurut kesaksian salah satu pekerja di pabrik tahu mengatakan, saat kejadian pihaknya tengah membuat adonan tahu.
"Waktu itu hujan deras tanah yang kering karena musim kemarau kemarin langsung longsor kebawah terus dibawah ada mes pabrik tahu, dan kata saya  disitu pasti masih ada pekerjanya, dan bener aja masih ada pekerjanya yang disitu tapi alhamdulilah gaada yang kenapa-kenapa", Ujar Desi.
Dari kesaksian warga sekitar mendengar suara letusan seperti petasan yang meledak beriringan dan diduga sumbernya berasal dari retakan aspal atau tanah di tanjakan Cipeuncit tersebut.Saat itu juga, tebing yang tingginya 8 meter, tanah langsung longsor dan menyeret bangunan mes para pekerja pabrik tahu. Dan dikarenakan  hujan yang  deras maka air hujan menggenang di mes pekerja pabrik tahu tersebut.
Dipastikan dari kejadian ini tidak ada korban jiwa, tetapi mes para pekerja pabrik tahu yang di dalamnya diketahui ada motor dan mobil  mengalami kerusakan yang cukup serius, karena terseret longsor sekitar 3 meter dari tempat asalnya.
"Alhamdulillah gaada korban jiwa karena mereka pas kejadian langsung lari cepet, cuma mes para pekerja yang rusaknya cukup parah dan jalan ambles", Ucap Desi.
Setelah kejadian para pihak berwajib dan Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Kadudampit Sukabumi langsung melakukan assessment di lokasi kejadian dan langsung memasangkan police line di tanjakan Cipeuncit yang terkena longsor tersebut.
Dikonfirmasi, Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Kadudampit, D Saripudin mengatakan, bahwa daerah tanjakan Cipeuncit ini sudah beberapa kali mengalami kejadian longsor dan seharusnya tidak boleh membangun rumah, mes dan sebagainya  di area tebing dekat tanjakan karena rawan mengalami longsor. Selain itu kondisi tebing belum memiliki Tembok Penahan Tanah yang menyebabkan terjadinya longsor. Meski begitu warga mengatakan bahwa akses jalan yang tepat berada di atas longsoran tersebut masih aman dan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.
Menurut (Desi, 31tahun) sebagai saksi dan narasumber memberikan pendapat tentang dampak longsor terhadap masyarakat dan kehidupan sehari-hari di wilayah kejadian. Menurutnya, kehilangan nyawa dan luka-luka menjadi dampak terbesar yang bisa terjadi pada saat longsor, Longsor dapat merusak atau menghancurkan infrastruktur seperti rumah, jalan, ataupun yang lainnya yang dapat menyulitkan aksebilitas dan kehidupan sehari-hari, Jika longsor menghantam permukiman warga dapat meyebabkan kehilangan tempat tinggal dan perlunya pengungsian, sektor perekonomian akan terganggu jika longsor menghantam tempat perdagangan yang menjadi ladang usaha mereka, Masyarakat yang terdampak longsor dapat mengalami trauma psikologis, Dan potensi terjadinya bencana sekunder, seperti longsor susulan  dapat meningkatkan risiko dan kesulitan bagi warga sekitar yang terdampak, Penanganan dan pemulihan dari dampak ini membutuhkan antara pemerintah, lembaga, dan masyarakat setempat untuk memastikan bantuan dan rehabilitasi dilakukan dengan cara yang efektif.
Bencana alam ini mengingatkan kita akan kerentanan terhadap perubahan cuaca dan pentingnya perencanaan mitigasi bencana. Pemerintah, Lembaga Kemanusiaan dan Masyarakat harus melakukan upaya untuk memitigasi risiko longsor di masa mendatang di wilayah ini dengan cara:
- Pemetaan Risiko dan Penanganan Zona Rawan, Melakukan pemetaan risiko secara menyeluruh di wilayah tersebut untuk mengidentifikasi zona-zona rawan longsor. Setelah itu, mengimplementasikan tindakan pengurangan risiko di zona-zona tersebut, seperti Pembangunan struktur penahan tanah atau penguatan lereng.
- Sistem Peingatan Dini, Membangun dan meningkatkan sistem peringatan dini untuk memberi tahu warga seacara cepat saat ada potensi bahaya longsor. Hal ini melibatkan penggunaan teknologi canggih, sensor cuaca, dan komunikasi yang efektif kepada masyarakat.
- Edukasi Masyarakat, Dengan melakukan kampanye edukasi yang intensif kepada masyarakat mengenai perilaku aman dan langkah-langkah pencegahan ketika menghadapi ancaman longsor. Ini dapat mencakup pelatihan evakuasi, pengetahuan tentang tanda-tanda awal longsor, dan prinsip-prinsip keselamatan.
- Penanaman Vegetasi dan Pengelolaan Lahan, Melakukan program penanaman vegetasi dapat membantu menyimpan air, mencegah erosi tanah, dan memperkuat stabilitas lereng. Selain itu, mengimplementasikan praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
- Infrastruktur Pengendalian air, Membangun atau memperbarui pengendalian air, seperti saluram drainase yang baik, untuk mengelola air hujan dengan efisien dan mencegah penumpukan air yang dapat merusak stabilitas lereng.
- Kolaborasi Antarinstansi, Membangun Kerjasama yang era tantara pemerintah daerah, lembaga penelitian, dan organisasi kemanusiaan untuk membangun strategi mitigasi yang efektif.
- Kebijakan Pengunaan Lahan yang Bijak, Mengembangkan kebijakan tata ruang dan penggunaan lahan yang bijak, mempertimbangkan faktor risiko longsor dalam proses perencanaan Pembangunan di wilayah tersebut.
Untuk masyarakat yang tinggal di wilayah dengan potensi risiko longsor yang besar, mayarakat perlu selalu waspada dan memiliki rencana tanggap darurat dan mengetahui jalur evakuasi dan tempat aman jika terjadinya longsor. Dengan kita memahami tanda-tanda awal terjadinya longsor seperti perubahan bentuk tanah, suara retakan, atau perubahan dalam pola air dapat membantu masyarakat mengidentifikasi risiko lebih awal.Â
Menjaga lingkungan setempat dengan tidak melakukan deforestasi yang tidak terkendali, memperkuat tanah,dan memelihara vegetasi dapat membantu mengurangi risiko longsor. Dengan memahami dan menerapkan tanggung jawab terhadap lingkungan seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak membangun bangunan di tebing atatu zona rawan longsor. Mayarakat harus memiliki peran yang aktif dalam mitigasi termasuk memberikan masukan, melapor tentang potensi bahaya dan mendukung program-program pencegahan terjadinya bencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H