Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Kedua dan Ketiga Sekolah:Vlog, Karir Remot, dan Fenomena Brain Rot di Era Digital

10 Januari 2025   16:30 Diperbarui: 10 Januari 2025   16:30 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Kedua dan Ketiga Sekolah

Hari kedua, Selasa, 7 Januari 2025. Aku masuk di kelas 9i mulai pukul 07.30 - 08.50. Tidak hadir 1 siswa Davin. Ia pun diskor karena cabut di malam hari dari asrama. Alasan mereka sama. Ingin tahu rasanya di luar asrama pada malam hari.

Seperti biasa belajar diawali dengan berdoa, membaca satu halaman Al Quran, senandung Al Quran karena aku mssuk jam pertama dan kedua. Setiap jam pertama diawali kegiatan moderasi beragama di sekolah sesuai agama siswa, Islam.

Usai membaca Quran, kami melakukan ice breaking. "Apa kabar semua?" Tanyaku. Mereka menjawab.

"Ana bikhoiri. Alhamdulillah."

"Keren!" Jawabku sambil mengacungkan jempol sambil tersenyum.

"Apa kabar orang tua Ananda di rumah?"

"Alhamdulillah. Sehat, Bu!" Jawab mereka.

"Takbir!" Teriakku sambil tersenyum.

"Allohu Akbar!" Seru mereka.

Kamipun lanjut refleksi 1 semester belajar Bahasa Indonesia. Siswa mengeluarkan kertas 1 lembar. Mereka merefleksi diri.

Hasil Refleksi Diri Siswa: Foto Yusriana Siregar Pahu
Hasil Refleksi Diri Siswa: Foto Yusriana Siregar Pahu

Hasil Refleksi Diri Siswa: Foto Yusriana Siregar Pahu
Hasil Refleksi Diri Siswa: Foto Yusriana Siregar Pahu

Meski nilai mereka di rapor sudah 92 dan 94 mereka belum puas. Mereka ingin nilai 96, 98, dan 100. Namun mereka menyadari bahwa mereka kurang usaha. Belum bisa mewujudkan ekspektasi guru. Misalnya tugas dibuat di WhatsUp saat libur dan belajar login ke platform media sosial, Kompasiana.

Ternyata siswaku angkatan ini tak memiliki motivasi untuk menulis. Dalam refleksi kali ini mereka mengakui bahwa mereka lebih suka menikmati video. Tak mungkinlah keinginan mereka dipenuhi.

Jika siswa malas menulis di sekolah, dampaknya bisa cukup signifikan terhadap perkembangan akademik dan keterampilan mereka. Menulis adalah salah satu cara utama untuk mengekspresikan ide, memperdalam pemahaman, dan mengasah kemampuan berpikir kritis.

Ketika siswa enggan menulis, mereka mungkin kehilangan kesempatan untuk memperkuat keterampilan komunikasi tertulis, yang penting dalam banyak aspek kehidupan, termasuk studi lanjutan dan dunia kerja.

Selain itu, sikap malas menulis dapat mencerminkan kurangnya disiplin atau motivasi belajar, pada akhirnya dapat memengaruhi hasil akademik secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi guru dan orang tua untuk mendorong siswa agar lebih terbuka dan termotivasi untuk menulis, dengan memberikan dukungan dan pendekatan yang kreatif.

Tentu semua itu dipengaruhi era digital. Akupun sampai pada ceramah era digital ini agar mereka bisa menentukan sikap, mengubah pola pikir, dan merancang dunia kerja mereka.

"Era Digital: Vlog, Karir Remote, dan Fenomena Brain Rot"

Era digital adalah periode dalam sejarah peradaban manusia yang menjadikan teknologi digital menjadi elemen utama dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Mulai dari komunikasi, pekerjaan, pendidikan, hiburan, hingga interaksi sosial. 

Era ini ditandai oleh penggunaan perangkat elektronik dan internet secara luas dan mengubah cara hidup, bekerja, dan berinteraksi manusia.

Di era itu, berbagai peluang baru bermunculan, mulai dari vlogging hingga karir remote. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan teknologi, muncul juga tantangan, salah satunya fenomena yang dikenal sebagai "brain rot." Ketiganya akan mewarnai kehidupan mereka di era itu. 

Vlog: Ekspresi Kreatif di Dunia Digital

Semua siswaku terdiam. Akupun lanjut bercerita. Sesekali kami ice breaking. Vlog atau video blog adalah cara modern untuk berbagi cerita, pengalaman, atau ide dalam format video. Dengan platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram. Penghasil vlog disebut vlogger. Siapa pun dapat menjadi vlogger untuk meraih audiens global.

Vlog adalah singkatan dari video blog atau video log. Vlog bisa sebuah bentuk konten digital yang disajikan dalam format video. Biasanya berisi dokumentasi kegiatan sehari-hari, cerita pribadi, ulasan, tutorial, atau pandangan seseorang tentang topik tertentu.

Ciri-ciri vlog, Fokus pada visual dan audio untuk menyampaikan pesan. Biasanya menampilkan gaya berbicara langsung dan natural. Banyak vlogger berbagi pengalaman pribadi atau sudut pandang mereka. Mengundang komentar, reaksi, atau interaksi dari audiens. Bisa direkam menggunakan kamera profesional, ponsel, atau perangkat lain.

Mengapa Vlog Populer?

Vlog mudah diakses karena kamera ponsel dan platform gratis membuat vlog bisa dilakukan oleh siapa saja. Vlog seringkali lebih santai dan autentik dibandingkan konten formal. Banyak vlogger sukses yang menjadikan hobinya sebagai sumber penghasilan utama.

Namun, menjadi vlogger juga bisa memicu kelelahan mental jika terlalu fokus pada jumlah penonton atau komentar negatif jelasku. Maka kita tetap butuh menulis. Mengekspresikan hati, jiwa, dan pikiran kita.

Karir Remote: Fleksibilitas Tanpa Batas

Begitu juga karir remot. Karir remote telah menjadi tren yang semakin populer, terutama setelah pandemi. Dengan bekerja dari rumah atau tempat favorit, seseorang dapat menjalani pekerjaan tanpa batas geografis.

Ketika kamu memilih karir remit tidak perlu terjebak macet atau terbatas oleh lokasi. Banyak pilihan pula. Mulai dari pengembang perangkat lunak hingga penulis, banyak karir yang bisa dilakukan secara remote. Nah, tetap ada menulis. Karir ini pun mengurangi pengeluaran untuk transportasi dan kebutuhan kantor.

Namun, karir remote juga membawa tantangan, seperti isolasi sosial dan risiko kebosanan, yang dapat memicu perasaan stagnasi mental atau "brain rot."

Fenomena Brain Rot: Dampak Teknologi pada Otak

Istilah "brain rot" mungkin kamu belum tahu. Brain rot sering digunakan untuk menggambarkan kondisi mental yang tumpul akibat terlalu banyak melakukan aktivitas pasif atau tidak produktif, seperti di atas. Vlog dan karir remot.

Kamu menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial. Menonton konten hiburan yang tidak menstimulasi otak. Tidak mengajak otak berfikir sesuai kodratnya. Kurangnya tantangan intelektual dalam aktivitas sehari-hari. Fenomena itu menjadi lebih umum di era digital. Teknologi membuat kamu sering terjebak dalam pola konsumsi pasif. Tak bergerak. Mager alias malas gerak.

Bagaimana Mengatasinya? Bagaimana Idealnya?

Berikan tantangan pada otakmu, sesekali vlog, sesekali menulis, sesekali isi kuis, isi teka-teki silang, penelitian, dan cobalah aktivitas seperti membaca, bermain teka-teki, atau belajar hal baru.

Kurangi pula screen time. Tetapkan batas waktu untuk media sosial dan hiburan digital.
Bergeraklah secara fisik. Aktivitas fisik dapat membantu menyegarkan pikiran dan meningkatkan produktivitas kita. Sejatinya porsi gerakan kita seperti anak-anak Sekolah Dasar. Berlari, berjongkok, memanjat, bercengkrama, berdebat, bahkan bermain cibir-cibiran.

Mereka pun siswaku tanpa sadar menirunya, "Wek! Wek! Wek!" Kata mereka dengan ekspresi beda-beda. Ada yang menjulurkan lidah. Membesarkan lobang hidung, mengerjap mata, dan aku ikut tertawa menyaksikan tingkah mereka. Lucu abis.

Kesimpulan: Mengelola Era Digital dengan Bijak

Akhirnya dua jam belajar habis di kelas 9I. Kebetulan di hari kedua ini aku mengajar cuma satu kelas. Aku kembali ke kantor guru untuk shalat dhuha. Tugas berikut pun sudah menanti piket. 

Adapun tugas piket mengatur jalannya pergantian jam belajar. Mencatat siswa hadir dan tak hadir. Mencatat guru hadir dan guru tak hadir. Mendistribusikan tugas di kelas bila guru tak hadir. Membuat laporan piket, dan membimbing serta mendampingi siswa shalat berjamaah di masjid.

Pada hari ketiga, Rabu, 8 Januari aku mengajar 3 kelas. Pagi jam 1-2 mengulang tahfizh siswa di kelas 9J. Jam ke 3 dan 4 di kelas 9G. Kegiatan sama dengan di kelas 9I. Refleksi pembelajaran 1 semester. Siswa izin satu, Enzia. Ia pergi ke bank mengambil dana bantuan siswa kurang mampu.

Di kelas ini satu siswi yang tak ingat nilai bahasa Indonesianya berapa. Selebihnya mereka keren bisa merefleksi diri dalam 2 jam pelajaran. Lanjut di kelas 9H. Kegiatan pun sama merefleksi diri. Satu siswa tak hadir Radhit karena mengisi data di labor komputer untuk mendaftar di MAN Favoritnya.

Akhirnya kami shalat dzuhur. Semua siswa tertib di Masjid. Siswa laki-laki 6 saf dan siswa putri 7 saf. 

Usai shalat, makan siang. Tapi sekolah belum mendapat Makan Bergizi Gratis (MBG). Akupun membuka laptop di kantor guru. Memperbaiki bahan ajar tentang karier vlog dan karir remote. Dua peluang besar yang ditawarkan oleh era digital.

Namun, aku perlu menambahkan lebih banyak dampak terhadap kesehatan mental, termasuk risiko "brain rot." Aku mencari referensi. Ya, dengan keseimbangan yang tepat, anak bisa memanfaatkan teknologi untuk berkembang tanpa kehilangan koneksi dengan diri sendiri dan dunia nyata.

Era digital adalah peluang besar, tapi hanya jika kita mengelolanya dengan bijak. Jadi, apakah Anda siap untuk menjelajahi dunia vlog atau karir remote sambil menjaga kesehatan mental tanyaku pada diri sendiri. (NiYu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun