Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Kedua dan Ketiga Sekolah:Vlog, Karir Remot, dan Fenomena Brain Rot di Era Digital

10 Januari 2025   16:30 Diperbarui: 10 Januari 2025   16:30 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, karir remote juga membawa tantangan, seperti isolasi sosial dan risiko kebosanan, yang dapat memicu perasaan stagnasi mental atau "brain rot."

Fenomena Brain Rot: Dampak Teknologi pada Otak

Istilah "brain rot" mungkin kamu belum tahu. Brain rot sering digunakan untuk menggambarkan kondisi mental yang tumpul akibat terlalu banyak melakukan aktivitas pasif atau tidak produktif, seperti di atas. Vlog dan karir remot.

Kamu menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial. Menonton konten hiburan yang tidak menstimulasi otak. Tidak mengajak otak berfikir sesuai kodratnya. Kurangnya tantangan intelektual dalam aktivitas sehari-hari. Fenomena itu menjadi lebih umum di era digital. Teknologi membuat kamu sering terjebak dalam pola konsumsi pasif. Tak bergerak. Mager alias malas gerak.

Bagaimana Mengatasinya? Bagaimana Idealnya?

Berikan tantangan pada otakmu, sesekali vlog, sesekali menulis, sesekali isi kuis, isi teka-teki silang, penelitian, dan cobalah aktivitas seperti membaca, bermain teka-teki, atau belajar hal baru.

Kurangi pula screen time. Tetapkan batas waktu untuk media sosial dan hiburan digital.
Bergeraklah secara fisik. Aktivitas fisik dapat membantu menyegarkan pikiran dan meningkatkan produktivitas kita. Sejatinya porsi gerakan kita seperti anak-anak Sekolah Dasar. Berlari, berjongkok, memanjat, bercengkrama, berdebat, bahkan bermain cibir-cibiran.

Mereka pun siswaku tanpa sadar menirunya, "Wek! Wek! Wek!" Kata mereka dengan ekspresi beda-beda. Ada yang menjulurkan lidah. Membesarkan lobang hidung, mengerjap mata, dan aku ikut tertawa menyaksikan tingkah mereka. Lucu abis.

Kesimpulan: Mengelola Era Digital dengan Bijak

Akhirnya dua jam belajar habis di kelas 9I. Kebetulan di hari kedua ini aku mengajar cuma satu kelas. Aku kembali ke kantor guru untuk shalat dhuha. Tugas berikut pun sudah menanti piket. 

Adapun tugas piket mengatur jalannya pergantian jam belajar. Mencatat siswa hadir dan tak hadir. Mencatat guru hadir dan guru tak hadir. Mendistribusikan tugas di kelas bila guru tak hadir. Membuat laporan piket, dan membimbing serta mendampingi siswa shalat berjamaah di masjid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun