Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Slow Living di Tengah Hujan: Hangatnya Bubur Putih dan Kehangatan Tetanggaku

23 Desember 2024   19:53 Diperbarui: 23 Desember 2024   19:53 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tepung beras: Foto Dokumen Pribadi

Suasana ini tentu mengundang kenangan, menghadirkan kehangatan dari secangkir teh hangat, aroma sup hangat di dapur, dan waktu santai bersama keluarga. Meski cuaca terasa berat di luar, ada kedamaian yang bisa ditemukan di dalam, di balik selimut tebal dan kehangatan rumah. Suami dan si bungsu pun tenteram aja.

Sesekali kami tertawa saat membaca atau mengomentari pesan-pesan abang berdua nun di Jawa sana. Moga kalian berdua sukses, Nak. Itu salah satu pesan kami kepada mereka. Pengorbanan berpisah dari orang tua demi cita-cita mulia. 

Saat angin dingin dan hujan deras mengguyur, suami mulai lapar. Beliau menggeledah dapur, mencari sesuatu yang hangat untuk mengusir rasa dingin. Ia membuka lemari, mengintip panci-panci, dan mengaduk isi kulkas dengan semangat seperti sedang berburu harta karun.

Melihat tingkahnya, aku hanya tersenyum dan segera menyiapkan semangkuk sup panas dan secangkir teh hangat. Dalam sekejap, aroma rempah menghangatkan dapur dan ekspresi puasnya saat menyantap makanan itu menjadi kehangatan tersendiri di tengah dinginnya cuaca.

Hujan deras yang disertai angin kencang memang membuat segala aktivitas di luar rumah terasa mustahil, termasuk mencari makanan dan buah segar. Tadi pagi saat hujan reda sebentar, aku hanya bisa mampir di bank. Keluar dari bank, hujan deras mengguyur. Tak sempat aku menyapa pedagang buah, sayur, dan ayam kesukaan si dedek.

'Moga Allah memberi rezki pedagang dari pintu lain hari ini.' Doaku dalam hati. Hari ini Senin, hari pasar di kota kami. Namun takdir berkata lain. Seharian ini hujan deras. Akupun mampir ke salah satu restoran. Aku beli satu bungkus nasi seharga Rp27.000. Sungguh dasyat kenaikan harga saat ini. Dari Rp20.000 sekarang bertahta di Rp27.000.

Akhirnya kami hanya bisa pasrah hari ini mengandalkan apa yang ada di dapur, memutar otak mengolah bahan seadanya menjadi hidangan penghangat tubuh. Tak ada pilihan untuk keluar karena hujan begitu rapat. Hanya suara hujan dan angin yang menjadi teman kami.

Usai menikmati sebungkus nasi bertiga, sup hangat dan teh hangat, sore ini rasa lapar terasa lagi. Rasa lapar mendorong kreativitas untuk menciptakan kehangatan lain dari sisa-sisa stok yang ada di dapur. Meski sederhana, momen ini menjadi pengingat bahwa kehangatan tak selalu harus dicari jauh-jauh di luar.

Tiba-tiba aku teringat masakan khas dadakan Mamaku, bubur putih, makanan sederhana yang selalu menghangatkan hati. Di dapur, aku punya tepung beras, gula aren, gula pasir dan cukup untuk membuatnya manis dan legit.

Namun, sayangnya, santan tak tersedia, bahan penting yang membuat bubur itu terasa lebih lezat dan manis alami. Tanpa pikir panjang, aku segera membuka ponsel dan mengirim chat ke kedai kecil milik Si Eng, tetanggaku. Ia siap online selalu. Kedai yang sering menyediakan bahan makanan darurat.

Pesanku sederhana saja: "Eng, 1 kara santan, 2 popmie, 3 butir telur." Setelah beberapa saat, Si Eng membalas dengan ramah,"Oke. Popmie sisa 1 Na!" Sambil memastikan stok tersedia di tengah hujan deras yang membuat semua terasa lebih sulit si Eng membalas pesanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun