Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena Anak Bermental Korban (Victim Mentality) dan Menjadi Remaja Jompo

20 Desember 2024   10:42 Diperbarui: 20 Desember 2024   10:56 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar Genarisi Tangguh Berkarakter Kita Mulai dari Sekolah: Foto Dokumen Pribadi

Sudah saatnya pendidikan karakter di sekolah ditingkatkan lagi. Guru dapat membantu membangun mental tangguh melalui pendekatan yang mengajarkan tanggung jawab, disiplin, dan manajemen emosi di sekolah dengan bahasa cinta. Lembut lagi memikat.

Ketika seorang siswa tampak tak bersemangat mengerjakan tugas dan malah tertidur di kelas, guru dapat mendekatinya dengan lembut tanpa mempermalukannya di depan teman-teman. Misalnya, guru bisa menepuk bahu siswa tersebut dengan pelan, membangunkannya, dan bertanya dengan suara penuh perhatian, "Kamu kelihatan lelah, ada yang bisa Ibu bantu?"

Dengan pendekatan ini, siswa merasa diperhatikan dan bukan dihakimi. Lalu guru memberikan motivasi, misalnya dengan mengatakan, "Tugas ini memang tantangan, tapi Ibu yakin kamu bisa menyelesaikannya dengan baik. Yuk, kita coba pelan-pelan bersama." Sambil guru menepuk lembut bahu siswanya.

Pendekatan ini tidak hanya membangkitkan semangat siswa tetapi juga membangun kepercayaan diri mereka. Luangkan waktu sejenak untuk memberlakukan perhatian untuknya.

Selain itu, mengurangi paparan media sosial di rumah bagi anak sangat krusial. Arahkan remaja untuk membatasi konsumsi media sosial yang berlebihan. Fokus pada kegiatan yang memperkuat fisik dan mental, seperti olahraga, randai, menari, atau hobi kreatif lain. 

Orang tua pun bisa mendatangkan guru les ke rumah dalam membimbing anak belajar. Tapi hati-hati. Pilihlah guru yang bisa dipercaya. Misalnya guru perempuan yang sudah menikah. Ini antisipasi terjadi pelecehan seksual kepada anak.

Selain peran guru, orang tua juga memiliki tanggung jawab besar dalam membangun kebiasaan baik anak di atas, salah satunya dengan membuat jadwal belajar dan waktu bermain gawai yang seimbang.

Misalnya, orang tua dapat menetapkan waktu belajar setelah pulang sekolah selama satu hingga dua jam, diikuti dengan waktu istirahat atau bermain gawai selama 30 menit sebagai reward.

Dengan pola ini, anak belajar disiplin dan memahami prioritas tanpa merasa terkekang. Orang tua juga perlu konsisten dalam menerapkan jadwal itu. Sambil memberikan dukungan seperti menemani belajar atau berdiskusi tentang tugas sekolah sehingga anak merasa didampingi dalam proses belajarnya.

Bila victim mentality dan jompo anak sudah parah dalam artian meresahkan orang tua, terapi atau konselingpun bisa ditempuh. Biasanya anak kita bawa ke dokter keluarga dulu. Minta rujukan dari doker keluarga ke dokter anak. Di dokter anak kita pun cerita keluhan anak di rumah dan sekolah. Nanti dokter anak merujuk kita ke psikologi.

Jangan cemas, psikologi baik kok. Psikolog juga nanti mendiagnosa keluhan anak kita. Ibu diminta bercerita bagaimana pola asuh kita dari bayi kepada anak. Ceritakan saja dari bayi lahir, tengkurap, menelentang, menarik perut, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun