Malam itu, Radhit dan temannya nekat kabur dari asrama untuk bermain PlayStation di depan ISI. Dengan mengendap-endap melewati pintu  belakang.
Mereka berhasil keluar tanpa ketahuan. Sepanjang jalan, rasa takut dan semangat bercampur menjadi satu.
Namun mereka tetap melangkah mantap walaupun keadaan malam itu sedikit sunyi.
Tak banyak kendaraan yang lalu lalang pada malam itu. Hanya saja satu atau dua kendaraan.
Dengan langkah cepat ia berjalan di tepi trotoar. Karena, sedikit ada rasa takut di hatinya. Tetapi masih ada juga rasa semangat untuk cabut.
Di rental, ia bermain PS hanya satu jam. Jam sudah menunjukan jam dua belas malam.
Mereka segera bergegas kembali ke asrama. Di perjalanan yang sedikit jauh. Mereka membeli makanan untuk mengganjal perut yang lapar.
Sedudah sampai di simpang delapan. Namun, nasib buruk terjadi. Ternyata Ustad Zul mengetahui jika kami cabut malam itu.
Ia menghampiri kami yang sedang berjalan di simpang delapan. Kami semua terkejut dan panik.
Ia menyuruh kami agar segera pulang ke asrama.
Di asrama kami di suruh untuk tidur di luar kamar. Kami tidur di lorong yang dingin sampai subuh.