Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Illness: Gangguan Makan Reka dalam Rasa Cinta dan Rahasia Kedekatannya dengan Rivan

28 November 2024   17:45 Diperbarui: 28 November 2024   17:48 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar cewek terkena illness Foto by Depositphotos.com

"Cinta dalam Rasa dan Rahasia"

Reka adalah siswi kelas IX. Ia cantik, tinggi, langsing, dan selalu menarik perhatian teman-teman cowoknya meski bukan karena hal yang ia harapkan. Tubuhnya yang langsing sering menjadi topik bisik-bisik di kantin sekolah.

Padahal, di balik senyumnya yang tipis dan manis, ia menyimpan rahasia: gangguan makan yang ia derita sejak di SMP. Dokter menyebutnya anorexia nervosa. Setiap kali ia mencoba makan, rasa mual, cemas, dan ketakutan akan berat badan naik menyerangnya seperti badai.

Orangtuanya pasti khawatir. Mereka sudah mencoba berbagai cara, namun tak berhasil. Mereka akhirnya meminta bantuan Rivan, teman sekelas Reka. Rivan adalah salah satu siswa yang dikenal ganteng, ramah dan penyabar. Rivan kebetulan satu les di GOS dengan Reka.

Meski semula ragu untuk membantu, Rivan akhirnya setuju. Setiap istirahat, ia menemani Reka di kantin untuk makan. Ia pun memastikan gadis itu menghabiskan makanannya. Meski kadang harus membujuknya dengan humor ringan atau cerita-cerita lucu.

Begitu pula di tempat les. Mereka makan dulu di CFK dekat mereka les. Dengan makan bersama ternyata Reka bisa makan. Berat badannya pun makin ideal. Rivan tak sungkan menghibur Reka agar gadis itu mau makan.

Namun, kedekatan ini menjadi bahan pembicaraan teman-teman dan adik kelas mereka. "Reka dan Rivan pacaran!" bisik seseorang. Kabar itu meluas seperti api yang ditiup angin. Beberapa siswa, yang merasa bertanggung jawab atas nama baik dan  aturan sekolah, melaporkan keduanya kepada guru BK.

Guru BK, Pak Hendro, memanggil Reka dan Rivan ke ruangannya. "Kalian tahu, kan, aturan sekolah? Pacaran dilarang," ujarnya dengan nada tegas. Pak Hendro pun memperlihatkan foto mereka berdua saat makan di CFK

Reka menunduk. Ia menatap foto di HP Pak Hendro. Kini wajahnya pucat. Rivan mencoba menjelaskan, "Kami tidak pacaran, Pak. Saya hanya membantu Reka atas permintaan orangtuanya. Menemaninya makan."

Namun, para saksi bersikeras. "Mereka selalu berduaan, Pak. Bahkan selalu pulang bareng," ujar seorang teman sekelas. Situasi semakin rumit. Karena itu orangtua Reka dan Rivan dipanggil ke sekolah.

Ketika orangtua Reka dipanggil ke sekolah, suasana menjadi tegang. Ayah Reka langsung membela putrinya. "Kami yang meminta Rivan membantu Reka! Dia punya gangguan makan. Apakah sekolah peduli dengan kondisi kesehatan mental anak saya?"

Pak Hendro mencoba menenangkan, "Kami hanya ingin memastikan aturan ditegakkan, Pak."

"Tegakkan aturan? Apa sekolah peduli kalau anak saya pingsan karena tidak makan? Kalau ini tidak selesai dengan baik, kami tidak segan melaporkan ke polisi atas tuduhan diskriminasi dan pencemaran nama baik!" Ancam sang ayah.

Setelah perdebatan panjang, akhirnya kepala sekolah memutuskan untuk meninjau ulang aturan tersebut. Ia juga memanggil konselor kesehatan mental untuk memberikan edukasi kepada guru dan siswa tentang gangguan makan dan pentingnya dukungan bagi siswa dengan kondisi khusus.

Reka dan Rivan diminta untuk tidak mengumbar kedekatan mereka di sekolah dan di luar sekolah. Mereka pun menandatangani perjanjian bila terjadi sesuatu atas diri Reka dan Rivan akibat pergaulan mereka, pihak sekolah berhak mengambil tundakan tegas sesuai akibat yang terjadi.

Usai membuat perjanjian mereka kembali ke kelas masing-masing dengan perasaan campur aduk. Reka merasa bersalah karena telah menyeret Rivan ke dalam masalahnya, tapi Rivan hanya tersenyum. "Santai saja, Rek. Aku di sini untuk kamu, bukan untuk aturan."

Berkat kejadian itu, Reka perlahan merasa lebih diterima. Meski jalan menuju pemulihan masih panjang. Ia merasa lebih kuat meski banyak yang salah paham atas mereka. Di mata Reka, Rivan bukan hanya teman sekelas, tapi juga seseorang saudara yang menyelamatkan hidupnya dengan cara sederhana: menemaninya makan.

Mental illness adalah istilah umum yang mencakup berbagai kondisi kesehatan mental yang memengaruhi suasana hati, pikiran, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Mental illness bisa ringan hingga berat.

Beberapa contohnya adalah:

1. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorders)

Contoh: Gangguan kecemasan umum (GAD), fobia, gangguan panik.

Gejala: Rasa cemas berlebihan, ketakutan ekstrem pada situasi tertentu, serangan panik. Misalnya pada gelap dan ketinggian.

2. Gangguan Mood (Mood Disorders)

Contoh: Depresi, bipolar.

Gejala: Perubahan suasana hati yang ekstrem, seperti merasa sangat sedih (depresi) atau sangat bersemangat (mania). Korban biasanya mudah tersinggung lalu menangis.

3. Gangguan Makan (Eating Disorders)

Contoh: Anoreksia, bulimia, binge eating.

Gejala: Pola makan tidak normal, obsesi terhadap berat badan, dan citra tubuh yang buruk. Sesudah makan suka muntah.

4. Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)

Gejala: Pikiran obsesif yang tidak terkendali dan perilaku kompulsif untuk meredakannya, seperti mencuci tangan berulang kali. Gila akan kebersihan. Kadang tangan korban hingga mengelupas.

5. Gangguan Psikotik

Contoh: Skizofrenia.

Gejala: Halusinasi, delusi, dan kesulitan membedakan antara kenyataan dan fantasi. Sudah mirip orang gila kadang karena korban suka berbicara sendiri.

6. Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD)

Gejala: Flashback, mimpi buruk, dan kecemasan ekstrem setelah mengalami peristiwa traumatis. Enggan melakukan aktivitas karena merasa dihantui peristiwa. Misalnya usai menabrak.

7. Gangguan Kepribadian (Personality Disorders)

Contoh: Gangguan kepribadian antisosial, borderline personality disorder.

Gejala: Pola berpikir dan perilaku yang tidak fleksibel dan menyulitkan dalam hubungan sosial. Bahkan suka membuat onar dalam perkumpulan.

8. Gangguan Neurodevelopmental

Contoh: ADHD, autisme.

Gejala: Sulit fokus, hiperaktif, atau kesulitan dalam komunikasi sosial. Sibuk dengan diri sendiri.

9. Gangguan Penyalahgunaan Zat (Substance Use Disorders)

Gejala: Ketergantungan pada alkohol atau narkoba yang memengaruhi kehidupan sehari-hari.

Jika kamu atau orang di sekitarmu mengalami tanda-tanda gangguan mental, penting untuk mencari bantuan dari profesional, seperti psikolog atau psikiater. Dukungan dan penanganan yang tepat bisa sangat membantu.


Mengatasi illness memerlukan pendekatan yang terarah, baik untuk penyakit fisik maupun mental.

Langkah pertama adalah memahami jenis penyakit yang dihadapi. Penyakit fisik seperti flu atau infeksi memerlukan diagnosis dokter dan pengobatan medis bukan? Sedangkan masalah kesehatan mental seperti stres atau depresi membutuhkan dukungan psikologis atau terapi.

Penting untuk mengenali gejalanya lebih awal agar penanganan bisa dilakukan secara tepat.
Selanjutnya, konsultasilah dengan profesional kesehatan. Untuk penyakit fisik, dokter akan memberikan perawatan yang sesuai, mulai dari obat hingga prosedur medis jika diperlukan.

Sementara itu, untuk masalah mental, psikolog atau konselor dapat membantu mengatasi akar masalah dan memberikan strategi untuk pemulihan. Jangan pernah meremehkan pentingnya bantuan dari tenaga ahli.

Pola hidup sehat juga menjadi pilar penting dalam mengatasi illness. Mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara rutin, dan tidur yang cukup dapat membantu mempercepat pemulihan. Aktivitas fisik tidak hanya memperkuat tubuh tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan mental, seperti meredakan stres dan meningkatkan suasana hati.

Manajemenlah stres Anda. Menajemen stres adalah bagian lain yang tidak boleh diabaikan. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau sekadar menjalankan hobi dapat membantu menjaga keseimbangan emosional. Dukungan sosial dari keluarga dan teman juga sangat berharga untuk memberikan semangat dan memotivasi selama masa pemulihan.

Akhirnya, pencegahan adalah langkah terbaik untuk menghindari illness di masa depan kita. Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, menjaga kebersihan diri, dan lingkungan, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok atau konsumsi alkohol berlebihan adalah langkah preventif yang efektif. Dengan pendekatan menyeluruh ini, kualitas hidup dapat ditingkatkan dan risiko illness dapat diminimalkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun