Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengadaan Uang Pesta Pernikahan di Sumatera dalam Tradisi Budaya yang Unik: Gotong Royong dan Mufakat

27 November 2024   07:49 Diperbarui: 27 November 2024   07:57 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar pesta pernikahan di SPBU: Foto by newsokezone.com by facebook/Eris Riswandi

5. Palembang: Uang Seserahan dan Mahar yang Megah

Pernikahan adat Palembang pun tak kalah solidnya bergotong royong. Mereka dikenal dengan kemewahannya, terutama jika melibatkan keluarga yang memiliki keturunan ningrat atau bangsawan.

Pengadaan Uang:

Salah satu tradisi khas adalah pemberian uang seserahan oleh mempelai laki-laki. Dalam sebuah pernikahan adat di Palembang, uang seserahan sebesar 25 juta rupiah diserahkan kepada keluarga perempuan, selain mahar berupa emas seberat 20 gram. 

Uang seserahan ini biasanya digunakan untuk membantu biaya resepsi yang melibatkan ratusan tamu. Di pihak keluarga mempelai laki-laki akan ada gotong royong dalam mengatasi dana ini. Meskipun pihak keluarga sebetulnya sudah menabung jauh-jauh hari sebelumnya.

Selain itu, tradisi sumbangan dari kerabat baik kerabat mempelai laki-laki dan perempuan juga umum dilakukan. Dalam sebuah pesta di Kayuagung, keluarga besar memberikan bantuan berupa uang tunai dan bahan makanan seperti ikan patin dan beras, yang digunakan untuk menghidangkan pindang patin, salah satu menu khas resepsi Palembang.

Makna Kebersamaan dalam Tradisi Pernikahan Sumatera

Tradisi pengadaan uang dalam pesta pernikahan di Sumatera baik di keluarga mempelai laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekadar membantu biaya, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan solidaritas mereka.

Dengan adanya tradisi unik turun temurun seperti badoncek, tumpak, pege-pege, atau kenduri, masyarakat Sumatera menunjukkan bahwa pernikahan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya urusan keluarga inti terutama masalah kualitas pesta.

Melalui tradisi ini, nilai-nilai gotong royong dan saling membantu tetap terjaga, mencerminkan kekayaan budaya dan jiwa kebersamaan masyarakat Sumatera yang tak lekang oleh waktu.

Namun, bila beban pesta pernikahan ini kita kaji di daerah perantauan atau kota besar, situasinya menjadi lebih kompleks dan kontroversial. Tidak seperti di kampung halaman yang penuh tradisi gotong royong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun