Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka Menjadi Kurikulum Deep Learning Bisakah Menggali Potensi dan Kemandirian Siswa dalam Belajar?

9 November 2024   14:50 Diperbarui: 9 November 2024   15:22 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pendidikan: Foto by disway.id

Kurikulum Merdeka Menjadi Kurikulum Deep Learning: Menggali Potensi dan Kemandirian Belajar di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan signifikan dalam dunia pendidikan dengan hadirnya Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini menitikberatkan pada kebebasan dan kemandirian siswa dalam belajar.

Kurikulum itu memungkinkan mereka untuk memilih metode dan topik yang relevan dengan minat dan kebutuhan mereka. Namun, meskipun Kurikulum Merdeka memberi siswa kebebasan lebih besar, ada tantangan dalam penerapan pendekatan ini, khususnya terkait bagaimana memastikan siswa mendapatkan pemahaman mendalam. 

Di situlah pendekatan deep learning dapat menjadi jawaban untuk mengoptimalkan Kurikulum Merdeka.

Mengapa Deep Learning Penting dalam Pendidikan?

Deep learning dalam konteks pendidikan adalah pendekatan yang menekankan pemahaman mendalam atas suatu materi. Metode itu bukan sekadar hafalan atau pencapaian nilai.

Metode ini melibatkan eksplorasi topik secara holistik, melatih siswa berpikir kritis, menghubungkan pengetahuan yang dimiliki, dan memecahkan masalah.

Misalnya, dalam mata pelajaran sains dengan tema "Perubahan Iklim," siswa tidak hanya belajar teori tentang pemanasan global, siswa menjalankan proyek yang melibatkan data nyata, analisis mendalam, dan penyelesaian masalah.

Berikut adalah cara penerapannya:

1. Pengumpulan Data dan Analisis

Siswa diminta mengumpulkan data tentang suhu global dan tingkat emisi karbon dioksida dari sumber online atau menggunakan aplikasi pengukuran lokal. Data ini dianalisis untuk melihat pola kenaikan suhu selama beberapa dekade dan hubungan dengan aktivitas manusia.

2. Penelitian Lintas Disiplin

Selain aspek sains, siswa menggali dampak perubahan iklim dalam mata pelajaran geografi (melihat wilayah yang rentan bencana), ekonomi (menghitung biaya bencana iklim), dan sosial (memahami dampak sosial dan kesehatan).

3. Penerapan Pemikiran Kritis dan 

Penyelesaian Masalah
Setelah analisis data dan eksplorasi lintas disiplin, siswa diminta berpikir kritis untuk merancang solusi atau usulan kebijakan terkait isu perubahan iklim. Misalnya, mereka dapat membuat proposal pengurangan emisi di sekolah atau kampanye kesadaran lingkungan di komunitas mereka.

4. Presentasi dan Refleksi

Siswa mempresentasikan hasil temuan mereka beserta solusi yang mereka usulkan, baik di depan kelas atau pada acara sekolah, dengan tujuan berbagi wawasan dan menerima umpan balik dari teman sebaya dan guru. Refleksi ini penting untuk memahami lebih dalam proses yang mereka alami dan memperbaiki kekurangan dalam penyelesaian masalah.

Melalui metode ini, siswa tidak hanya menghafal konsep perubahan iklim tetapi mereka menghubungkannya dengan disiplin ilmu lain, memproses data nyata, berlatih berpikir kritis, dan menemukan solusi berdasarkan pemahaman holistik.

Mereka belajar cara memecahkan masalah nyata dengan pendekatan ilmiah dan analitis, yang merupakan esensi dari pembelajaran mendalam atau deep learning. Selain itu penggunaan deep learning dapat membentuk siswa yang mampu menerapkan pengetahuan dalam berbagai situasi nyata.

Pendekatan ini menuntut siswa untuk menggali setiap materi yang dipelajari hingga memahami esensinya, yang pada gilirannya mendorong peningkatan keterampilan problem-solving, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis.

Dengan demikian, jika digabungkan dengan Kurikulum Merdeka, pendidikan di Indonesia bisa bertransformasi menjadi lebih bermakna dan relevan.

Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, penerapan deep learning bisa dilakukan dengan proyek, "Mengangkat Cerita Rakyat Daerah Menjadi Naskah Drama."

Proyek: Mengangkat Cerita Rakyat Menjadi Naskah Drama

Dalam proyek ini, siswa mengeksplorasi cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia. Melalui pendekatan deep learning, mereka tidak hanya membaca cerita, tetapi juga memahami nilai budaya, makna moral, dan menerapkan pemahaman tersebut ke dalam sebuah naskah drama.

Berikut langkah-langkah pelaksanaannya:

1. Eksplorasi dan Riset

Siswa mulai dengan memilih cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Malin Kundang dari Sumatra Barat atau Sangkuriang dari Jawa Barat.

Mereka membaca cerita ini, mendalami tokoh-tokoh, alur, konflik, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Siswa bisa melakukan riset tambahan tentang asal-usul cerita, budaya lokal, serta pesan moral di balik kisah tersebut.

2. Diskusi Lintas Budaya

Dalam kelompok, siswa mendiskusikan perbedaan dan persamaan nilai-nilai yang ada dalam cerita rakyat dari daerah lain. Diskusi ini melibatkan analisis kritis terhadap pesan moral, konflik sosial, dan budaya dalam cerita, sehingga siswa memahami lebih dalam konteks budaya cerita tersebut.

3. Mengembangkan Naskah Drama

Setelah memahami cerita, siswa menerjemahkan cerita rakyat tersebut ke dalam naskah drama. Mereka menulis ulang dengan gaya bahasa modern, tanpa menghilangkan nilai-nilai inti yang ada. Proses ini melibatkan keterampilan menulis, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis dalam menyusun dialog dan alur cerita yang menarik.

4. Pementasan dan Refleksi

Siswa mempersembahkan naskah drama tersebut dalam sebuah pementasan di kelas atau acara sekolah. Mereka memainkan peran-peran dalam cerita, menghidupkan tokoh dengan penghayatan dan pemahaman yang lebih mendalam.

Setelah pementasan, siswa melakukan refleksi bersama mengenai proses adaptasi cerita, tantangan yang dihadapi, serta makna cerita yang mereka dapatkan.

Dengan proyek ini, siswa tidak hanya belajar tentang cerita rakyat sebagai materi sastra, tetapi juga terlibat dalam pemahaman budaya, berpikir kritis tentang moral cerita, dan mengasah kemampuan menulis serta seni peran.

Pendekatan deep learning ini membawa pembelajaran Bahasa Indonesia ke level yang lebih mendalam dan berkesan, sekaligus mengasah keterampilan komunikasi dan kreativitas siswa.

Sinergi antara Kurikulum Merdeka dan Deep Learning

Kurikulum Merdeka menawarkan ruang lebih luas bagi siswa untuk belajar dengan cara mereka sendiri, sesuai dengan kecepatan dan minat masing-masing. Namun, penerapan Kurikulum Merdeka belum tentu berjalan optimal tanpa metodologi yang tepat untuk menstrukturkan kemandirian belajar.

Deep learning dapat menjadi metode yang mengisi kebutuhan ini karena berorientasi pada proses, bukan sekadar hasil akhir. Metode proyek (project-based learning) atau pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning).

Dalam konteks deep learning, siswa didorong untuk memecahkan masalah nyata melalui proyek yang mereka pilih sendiri. Kurikulum Merdeka menyediakan kebebasan memilih materi, sementara pendekatan deep learning memastikan siswa dapat memahami dan memproses materi tersebut hingga ke akar-akarnya.

Tantangan Implementasi dan Strategi Penguatan

Meski menggabungkan Kurikulum Merdeka dengan deep learning menawarkan berbagai potensi manfaat, tantangannya tidak bisa diabaikan. Banyak guru di Indonesia yang masih terbiasa dengan metode pembelajaran tradisional, seperti hafalan atau pendekatan ceramah, sehingga diperlukan pelatihan agar guru dapat mengadopsi metode deep learning dalam mengajar.

Selain itu, sumber daya yang terbatas di beberapa daerah turut menghambat penerapan metode yang menuntut fasilitas dan waktu lebih banyak ini. Untuk itu, pemerintah perlu memastikan adanya pelatihan bagi guru dalam menerapkan pendekatan deep learning secara efektif. 

Pendampingan, penyediaan panduan yang jelas, serta sarana dan prasarana memadai menjadi kunci agar konsep deep learning dalam Kurikulum Merdeka dapat berhasil diterapkan.

Kesimpulan

Transformasi Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum yang mengadopsi pendekatan deep learning adalah langkah yang menjanjikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dengan menggali potensi kemandirian siswa secara mendalam, Kurikulum Merdeka dapat mendorong lahirnya generasi muda yang lebih kritis, kreatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Tantangan yang ada perlu diatasi dengan komitmen bersama antara pemerintah, guru, dan masyarakat demi pendidikan yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun