4. Pementasan dan Refleksi
Siswa mempersembahkan naskah drama tersebut dalam sebuah pementasan di kelas atau acara sekolah. Mereka memainkan peran-peran dalam cerita, menghidupkan tokoh dengan penghayatan dan pemahaman yang lebih mendalam.
Setelah pementasan, siswa melakukan refleksi bersama mengenai proses adaptasi cerita, tantangan yang dihadapi, serta makna cerita yang mereka dapatkan.
Dengan proyek ini, siswa tidak hanya belajar tentang cerita rakyat sebagai materi sastra, tetapi juga terlibat dalam pemahaman budaya, berpikir kritis tentang moral cerita, dan mengasah kemampuan menulis serta seni peran.
Pendekatan deep learning ini membawa pembelajaran Bahasa Indonesia ke level yang lebih mendalam dan berkesan, sekaligus mengasah keterampilan komunikasi dan kreativitas siswa.
Sinergi antara Kurikulum Merdeka dan Deep Learning
Kurikulum Merdeka menawarkan ruang lebih luas bagi siswa untuk belajar dengan cara mereka sendiri, sesuai dengan kecepatan dan minat masing-masing. Namun, penerapan Kurikulum Merdeka belum tentu berjalan optimal tanpa metodologi yang tepat untuk menstrukturkan kemandirian belajar.
Deep learning dapat menjadi metode yang mengisi kebutuhan ini karena berorientasi pada proses, bukan sekadar hasil akhir. Metode proyek (project-based learning) atau pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning).
Dalam konteks deep learning, siswa didorong untuk memecahkan masalah nyata melalui proyek yang mereka pilih sendiri. Kurikulum Merdeka menyediakan kebebasan memilih materi, sementara pendekatan deep learning memastikan siswa dapat memahami dan memproses materi tersebut hingga ke akar-akarnya.
Tantangan Implementasi dan Strategi Penguatan
Meski menggabungkan Kurikulum Merdeka dengan deep learning menawarkan berbagai potensi manfaat, tantangannya tidak bisa diabaikan. Banyak guru di Indonesia yang masih terbiasa dengan metode pembelajaran tradisional, seperti hafalan atau pendekatan ceramah, sehingga diperlukan pelatihan agar guru dapat mengadopsi metode deep learning dalam mengajar.