Misalnya Irham. Ia lulus hakim pengadilan agama. Ketika ia berkunjung ke sekolah. Salah seorang guru bertanya, "Apa yang paling berkesan bagi Ananda dari sekolah kita?"
"Gurunya Buk. Terutama guru Bahasa Indonesia. Beliau bisa menghabiskan jam belajar 2 JP hanya untuk kami bisa menulis surat dengan huruf kapital dan tanda baca yang benar. Ketika kami murid kesal, beliau dengan enteng berkata, "Ya, kalian musti sabar dengan Ibuk. Ulang lagi hingga benar."
Padahal salah saya cuma satu. Padang Panjang, 3 Oktober 2024.
"Saya beri titik sesudah tahun. He he he." Ternyata, ketika saya jadi hakim saat ini, saya musti jeli menentukan tanda baca titik koma pada pasal dan undang-undang,Bu!"
Demikian juga seorang pemuda dikisahkan bahwa ia pada awalnya sulit diatur bahkan di sekolah, akhirnya menjadi kiai besar setelah dididik dengan tegas oleh seorang guru yang senior.
Ayahnya, juga seorang kiai, tidak mengintervensi sikap keras guru tersebut kepada putranya. Meskipun ia tahu, bahkan kepada anaknya sendiri. Hal ini menjadi contoh nyata bahwa kesabaran menghadapi teguran keras dari seorang guru bisa menjadi titik balik menuju kesuksesan.
Dalam tradisi sekolah, para murid sering kali malah merasa beruntung bila dimarahi oleh gurunya. Sebuah ungkapan menyatakan bahwa dalam setiap marah dan teguran seorang guru terkandung kasih sayang dan berkah yang akan berdampak positif di masa depan.
Sabar dalam menuntut ilmu, termasuk saat menerima ketegasan dari guru bagian dari bentuk penghormatan yang sangat mulia.
Imam Syafi'i juga dalam salah satu bait syairnya berkata:
"Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru, karena kegagalan dalam menuntut ilmu bisa terjadi akibat permusuhan terhadapnya."
Sikap atau adab seorang murid terhadap guru mencakup beberapa hal: