Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Begini Cara Mengatasi Serangan Zoning Out Saat Baca Buku

1 November 2024   04:29 Diperbarui: 1 November 2024   16:20 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by idntimes.com

Pagi: Adi dan Buku Bacaannya

Pagi itu, Adi duduk di bangku taman sambil memegang buku yang sudah lama ingin ia baca. Sejak pagi, ia sudah menyiapkan kopi, menyetel musik yang lembut, dan memilih taman yang tenang untuk menikmati buku barunya.

Halaman demi halaman ia lewati, tapi alih-alih menikmatinya, pikirannya justru mulai melayang. Kata-kata di halaman buku seolah hanya melintas. Kata itu tak benar-benar singgah di ingatannya.

Adi mengerjapkan mata, mencoba kembali fokus tetap saja suara burung di pohon, langkah orang-orang yang lewat, hingga ingatan akan pekerjaan yang belum selesai perlahan mencuri perhatiannya.

Ia meremas pelan sampul bukunya. Ia mencoba meresapi kembali cerita yang ada di depan mata.

"Apa yang salah?" gumamnya pelan.

Sejak kecil, membaca adalah pelariannya. Buku-buku pernah membawanya ke dunia-dunia yang tidak pernah ia lihat. Namun, semakin dewasa, semakin sulit baginya menemukan kenyamanan seperti dulu. 

Pikiran yang mengembara terus membayangi hingga sulit baginya menikmati setiap kalimat. Ia pun melayangkan pandangan ke segala arah. Seorang nenek duduk di bangku sebelahnya. Nenek itu tersenyum melihat kebingungannya.

"Nak, kamu terlihat begitu serius," ucapnya tiba-tiba.

Adi tersenyum canggung. "Ah, saya sedang berusaha fokus membaca, tapi sulit sekali..."

Nenek itu mengangguk. "Ah, pikiranmu mungkin terlalu ramai, ya?"

Adi mengangguk, merasa nenek itu memahaminya. "Entahlah, mungkin saya memang harus belajar kembali. Dulu membaca itu mudah sekali, tapi sekarang... rasanya seperti tugas."

Nenek itu menatapnya lembut, kemudian menunjuk bunga kecil yang tumbuh di pinggir jalan setapak. "Lihat bunga itu. Meski kecil dan sederhana, ia tetap tumbuh dan indah. Begitu juga dengan bacaanmu. Mungkin, kamu hanya perlu mulai dari hal kecil dan belajar menikmati satu halaman saja dulu."

Kata-kata nenek itu perlahan membuka pikiran Adi.

Zoning Out saat Baca Buku, Bagaimana Mengatasinya?

Sering kali, kita mengalami momen seperti Adi pada ilustrasi cerpen di atas. Pikiran tiba-tiba melayang saat sedang membaca buku. Fenomena ini biasa disebut zoning out. 

Zoning out membuat seseorang alih-alih menyelami cerita atau informasi dari buku bacaannya. Pikirannya malah berkelana ke hal-hal lain, seperti tugas yang belum selesai atau rencana masa depan.

Zoning out bisa membuat aktivitas membaca menjadi tidak efektif bahkan membosankan. Ketidakbermaknaan ini karena kita hanya membaca tanpa memahami isi buku.

Lantas, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Pertama, pastikan kita membaca di tempat yang nyaman dan minim gangguan.

Suasana sekitar sangat berpengaruh terhadap konsentrasi saat membaca. Lingkungan yang tenang dan pencahayaan yang baik membantu meningkatkan fokus. Sebisa mungkin hindari tempat yang ramai atau banyak distraksi.

Distraksi seperti suara televisi atau ponsel yang berdering. Mematikan notifikasi atau menjauhkan perangkat elektronik juga bisa membantu mencegah godaan untuk melihat layar yang sering menjadi penyebab utama kehilangan fokus.

Kedua, tentukan tujuan membaca.

Sebelum memulai membaca, tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang ingin saya dapatkan dari membaca ini?"

Menentukan tujuan membaca bisa memberi kita arah dan membantu kita tetap fokus. Jika membaca untuk mencari informasi, buat catatan tentang poin penting atau rangkuman bab untuk merangsang fokus pada setiap paragraf.

Sedangkan jika tujuannya untuk hiburan atau memahami cerita, kita bisa mencoba membayangkan atau memvisualisasikan alur cerita dalam pikiran dan bisa meningkatkan keterikatan dengan bacaan.

Ketiga, praktikkan teknik membaca aktif.

Teknik membaca ini berarti kita tidak hanya membaca kata demi kata, tetapi juga memberikan respon terhadap apa yang kita baca. Mencoret-coret bagian penting, menulis catatan, atau bahkan merangkum tiap bab.

Hal itu bisa membantu otak tetap aktif dan terlibat dengan materi. Membaca dengan bertanya, seperti "Mengapa tokoh ini melakukan hal tersebut?" atau "Apa kaitannya informasi ini dengan bab sebelumnya?" bisa membantu kita tetap fokus pada alur dan konten buku.

Keempat, cobalah membaca dalam durasi yang lebih singkat tetapi lebih sering. 

Membaca dalam jangka waktu lama bisa membuat otak cepat lelah sehingga zoning out pun rentan terjadi. Mengatur waktu baca penting, misalnya, membaca selama 25-30 menit lalu beristirahat.

Hal itu dapat membantu otak menyerap informasi lebih baik dan mencegah kejenuhan. Teknik ini juga disebut teknik Pomodoro, yang berguna untuk tetap fokus dalam jangka waktu pendek namun konsisten.

Kelima, penting untuk mengatur ekspektasi dan menerima bahwa zoning out adalah hal yang wajar terjadi.

Tidak semua waktu membaca akan berjalan lancar. Jika sudah mencoba berbagai cara tetapi masih sering teralihkan, cobalah beralih ke bacaan lain atau ambil waktu sejenak untuk istirahat dan kembali membaca saat otak sudah segar.

Ingat, membaca adalah proses dan nikmati proses ini tanpa tekanan.  Hal itu akan membuat pengalaman membaca jadi lebih menyenangkan.

Dengan menerapkan beberapa strategi ini, zoning out saat membaca buku dapat diminimalisir. Membaca dengan fokus bukan hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga menjadikan kegiatan membaca sebagai pengalaman yang lebih bermakna dan menyenangkan.

Mulai Mencoba Fokus

Adi terdiam, merenungi kata-kata sang nenek. Tanpa sadar, ia memperhatikan bunga kecil itu. Bunga berwarna kuning cerah di antara rumput liar. Ada sesuatu yang membuatnya merasa damai, seolah-olah bunga itu menyimpan seluruh kesederhanaan dan ketenangan yang selama ini ia cari.

"Terima kasih, Nek," ucap Adi, tersenyum tulus. Ia menoleh untuk menyampaikan rasa syukurnya lebih dalam, tetapi kursi di sampingnya sudah kosong. Nenek itu menghilang begitu saja, seakan ditelan angin pagi.

Adi terperangah, mengedarkan pandangan ke seluruh taman, namun tak ada tanda-tanda sosok sang nenek. Hanya suara burung dan angin yang berdesir di pepohonan.

Kembali duduk, Adi membuka bukunya, kali ini dengan cara yang berbeda. Ia menatap setiap kata dengan perlahan, tanpa terburu-buru, dan membiarkan dirinya hanyut dalam cerita tanpa mengkhawatirkan halaman-halaman berikutnya.

Satu per satu kalimat mulai meresap hingga ia tenggelam dalam buku itu. Ia merasakan kembali kenikmatan membaca seperti yang pernah ia rasakan dulu saat ia menjadikan buku sebagai pelarian masa kecilnya yang sepi..

Hari mulai senja ketika Adi menutup buku itu dengan perasaan lega. Saat ia hendak pulang, matanya kembali tertuju pada bunga kecil di pinggir jalan setapak. Ternyata itu bukan sekadar bunga. Di dekatnya, terdapat sebuah kalung kecil berbandul hati yang tampak antik dan bercahaya keemasan.

Adi memungutnya perlahan lalu ia melihat sesuatu yang terukir di bagian belakang bandul itu. Tulisan halus di sana berbunyi, "Buku adalah taman yang tak akan pernah mati."

Adi tersenyum, menyadari bahwa pertemuannya dengan sang nenek mungkin bukanlah kebetulan. Kalung itu seperti sebuah wasiat berisi pesan untuk mengingatkannya bahwa dunia dalam buku selalu hidup. Ia hanya menunggu untuk dijelajahi kembali. Begitu terus karena ilmu dalam buku tak bertepi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun