Teknologi bisa memperkaya pengalaman belajar siswa. Terutama Generasi Z. Namun banyak guru merasa ragu untuk menggunakan teknologi. Ketika kita menghindari penggunaan aplikasi pembelajaran atau perangkat teknologi dalam kelas makapembelajaran terasa kaku dan kurang menarik.
Cobalah menggunakan platform seperti Google Classroom atau aplikasi kuis interaktif seperti Kahoot! Misalnya, buat kuis online yang bisa diikuti siswa dari ponsel mereka untuk mengevaluasi pemahaman secara langsung dan menyenangkan.
4. Kebiasaan Tidak Fleksibel dengan Gaya Belajar Siswa
Siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada gaya kinestetik, audio, dan visual. Pendekatan seragam tidak selalu efektif untuk mereka yang beragam itu.
Kita kira bisa mengajar semua siswa dengan cara audio. Padahal beberapa siswa lebih memahami melalui visual atau praktik langsung. Karena itu kenali gaya belajar siswa dan sesuaikan metode pengajaran dengan gaya belajar mereka.
Gunakan media visual untuk siswa yang lebih visual atau kegiatan praktis bagi siswa yang belajar dengan berinteraksi langsung dengan materi.
5. Kebiasaan Mengabaikan Perkembangan Diri
Guru yang berhenti belajar dan berkembang bisa tertinggal dari perubahan tren pendidikan. Misalnya guru merasa tidak perlu lagi mengikuti pelatihan profesional, padahal banyak teknik baru yang bisa memperkaya pengalaman mengajar guru dengan pelatihan tersebut.
Ikutilah seminar, pelatihan, atau workshop secara rutin. Kita bisa mengikuti pelatihan tentang pembelajaran berbasis teknologi untuk memahami cara mengintegrasikan perangkat digital dalam kelas pada pelatihan.
6. Kebiasaan Tidak Memberi Ruang untuk Kesalahan
Terlalu ketat dan tidak memberi siswa ruang untuk melakukan kesalahan bisa membuat mereka takut untuk mencoba. Ketika siswa berbuat salah. Pernah mencuri, mengompas, menyontek, merokok, ngevape, dan salah dalam menjawab pertanyaan, Anda langsung memberikan koreksi tanpa memberikan mereka waktu untuk berpikir ulang.