Bu Rina, dengan sabar, memantau dari jauh, siap membantunya kapan pun dibutuhkan.
Hari itu, Dita menyelesaikan tugasnya. Meski tidak sempurna, ia merasa bangga karena berani mencoba. Senyum Bu Rina saat memeriksa hasil pekerjaannya seakan mengatakan bahwa setiap langkah kecil adalah kemajuan yang besar.
Dita belajar bahwa seorang guru bukan hanya pemberi ilmu tapi juga pemandu yang siap mengulurkan tangan ketika murid-muridnya merasa tersesat.
Sejak hari itu, Dita mulai memandang sekolah bukan lagi sebagai tempat yang menakutkan, melainkan sebagai rumah kedua. Sebagai tempat ia bisa bertumbuh dengan dukungan yang tak terbatas dari sosok yang menginspirasinya---gurunya.
Guru Mirip Orangtua
Menjadi seorang guru tanggung jawab besar yang memerlukan perhatian khusus. Tidak hanya dalam hal memberikan pendidikan akademis tetapi juga membimbing siswa dalam pengembangan kepribadian dan moralitas mereka.
Sebagai seorang guru, membangun hubungan positif dengan siswa menjadi salah satu prioritas utama. Hubungan ini dapat terwujud melalui komunikasi yang efektif.Â
Penyampaian pesan yang tepat serta membentuk suasana kelas yang mendukung tumbuhnya rasa percaya diri dan kemandirian pada siswa.
Salah satu tantangan terbesar dalam dunia pendidikan adalah bagaimana cara berkomunikasi dengan siswa. Terutama saat menyampaikan nasihat atau instruksi. Mirip dengan peran orang tua, seorang guru harus berhati-hati dalam memilih kata-kata yang disampaikan kepada siswa.
Hindari 5 Kalimat ini Saat Berbicara dengan Siswa
Lima kalimat ini baik. Tapi disarankan tak diucapkan guru kepada siswanya. Apalagi saat menghadapi siswa bermental stroberi. Mental stroberi adalah istilah yang mengacu pada generasi muda atau orang-orang yang dianggap tidak tahan terhadap tekanan atau kesulitan.