Seorang siswa, Raka, mengangkat tangannya dengan ragu.Â
"Bu Rina... sebenarnya kami juga merasa bersalah. Kami sering bikin Ibu marah dan mungkin itu yang bikin kami takut buat ngomong."
Sebuah keheningan menyelimuti ruangan. Kata-kata itu, meski sederhana, membawa perubahan kecil dalam suasana hati semua orang di dalam kelas. Bu Rina tersenyum kecil.
"Kalian tahu? Rasa hormat itu tidak harus datang dari ketakutan. Aku ingin kita bisa saling menghargai, bukan hanya sebagai guru dan murid, tapi juga sebagai manusia yang sama-sama belajar."
Itulah sekelumit perbincangan guru dengan muridnya di kelas.
Membangun Rasa Hormat Antara Siswa dan Guru: Lima Perilaku yang Harus Dihindari Guru
Sebagai seorang guru, kita tahu betul betapa menantangnya menjaga keseimbangan antara memberikan arahan yang jelas dan membangun hubungan yang sehat dengan mereka siswa kita. Namun, pola-pola tertentu dalam interaksi sehari-hari dapat mengikis hubungan dan menurunkan rasa hormat siswa terhadap kita.
Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki hubungan tersebut. Rasa hormat tidak datang dari kesempurnaan, tetapi dari kesadaran akan bagaimana kita bertindak dan berkomunikasi.
Berikut adalah lima perilaku yang perlu dihindari untuk membangun kembali rasa hormat siswa di kelas kepada guru:
1. Tinggalkan Perilaku Terlalu Berwibawa
Sebagai guru penting bagi kita untuk menjaga disiplin di kelas. Namun, ketika otoritas berubah menjadi kontrol berlebihan, hal ini dapat menumbuhkan rasa ketidakpuasan pada hati siswa. Jika siswa merasa tidak memiliki ruang untuk berdiskusi atau berpendapat, mereka bisa melihat kita lebih sebagai otoriter daripada pendamping belajar.