Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kesehatan Mental di Tempat Kerja Saya Atasi dengan Pendekatan Agama dan Menulis di Kompasiana

13 Oktober 2024   12:01 Diperbarui: 13 Oktober 2024   12:15 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudahan bermanfaat ya!

Stres sebagai Gejala Awal Gangguan Kesehatan Mental

Stres akibat rasa kesal dan marah adalah respons alami tubuh terhadap tekanan yang datang dari luar. Di tempat kerja dan kelas, stres bisa muncul akibat target yang terlalu tinggi yang kita pasang. Sementara siswa tak memberi respon baik. Dua sisi ini menimbulkan stres bagi guru. Hindari target yang terlalu tinggi.

Begitu juga tanggung jawab yang besar dalam diri memicu kita untuk stres, ditambahkan pula konflik dengan rekan kerja, dengan atasan, dan orangtua siswa. Perasaan bertanggung jawab ingin menjaga nama baik sekolah membuat guru terkadang lupa diri untuk menjaga nama baik diri sendiri sehingga memicu terjadinya kasus kekerasan di sekolah.

Seperti kejadian di Deli Serdang. Guru ingin siswanya memiliki hafalan yang banyak. Iapun mendisiplinkan siswa yang tidak patuh itu. Akhirnya guru rugi dan muridpun rugi. Hindari merasa dan memikul tanggung jawab terlalu besar karena respon anak tak sesuai harapan.

Saya juga pernah menskor anak yang ketahuan pacaran, berboncengan motor, dan berpelukan mesra layak suami istri di atas motor dahulu. Sekitar tahun 2015-an. Orangtua siswa tersebut protes dan melaporkan saya kepada atasan. Saya pun diadili oleh atasan.

Untung saya punya bukti-bukti saat siswa siswi itu berboncengan mesra. Sayapun menemui siswa dan orangtuanya di rumahnya. Sayapun menceritakan semua kronologi kejadian. Hari, tanggal, jam, dan tujuan mereka naik motor. Saya beberkan semua.

Di depan saya si Ibu menanyai anaknya. "Betul yang dibilang, Ibu Gurumu?"

Ternyata si Ibu mengetahui semua itu. Konon ketika berangkat dari rumah, adik siswi yang masih TK ditaruh di tengah siswa dan siswi ini. Namun, di jalan posisi duduk si adik ditukar ke depan. Merrkapun berboncengan seperti suami istri. Sial. Teman mereka memergoki.

Si anak pun menangis sesenggukan. Apalagi ketika adik TK-nya ikut bersaksi bahwa ia selalu pindah tempat ke depan.

Orangtua sering menjadi korban kebohongan anak-anak sehingga orangtua lebih membela anak mereka. Mereka pun selalu mencurigai guru mengada-ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun