Macet, Tapi Tak Membosankan
Langit pagi itu bersih biru ketika Lila dan keluarganya memulai perjalanan menuju pantai selatan. Suasana dalam mobil begitu riuh oleh celoteh anak-anak mereka yang tak sabar melihat indahnya laut.
Namun, harapan menikmati perjalanan mulus langsung pupus ketika mobil mereka terjebak dalam kemacetan panjang di jalan menuju destinasi. Ya. Deretan kendaraan mengular sejauh mata memandang.
Di sisi jalan baik kiri dan kanan, pedagang asongan mondar-mandir menjajakan dagangan mereka. Sementara pengendara mulai gelisah sambil membunyikan klakson.
“Ma, kenapa sih kita harus berangkat hari ini? Kan pasti macet!” keluh Dila, putri sulung Lila. Ia memandang ke luar jendela. Lila hanya tersenyum kecil.
“Kalau bukan hari libur, kapan lagi kita bisa liburan bareng, Kak? Sekarang coba nikmati saja kemacetan ini. Ada banyak hal seru lho, Nak di sekitar kita yang bisa kita jadikan pelajaran berharga.” Terang Lila lembut sambil menunjuk seorang badut jalanan yang tengah melucu untuk menarik perhatian para penumpang mobil.
Meski awalnya Dila merenggut manja tapi melihat tawa adiknya, Ihsan yang melihat aksi badut itu perlahan membuat suasana hatinya membaik. Adiknya Rezki juga mengikuti tawa Ihsan. Mereka berdua terpingkal-pingkal tertawa melihat badut lucu itu.
Lila tahu, meski macet ini melelahkan, tujuan perjalanan bukan hanya pantai yang indah di ujung jalan. Baginya, perjalanan itu sendiri adalah momen untuk berkumpul, bercanda, dan menciptakan kenangan kecil yang berharga dalam keluarganya.
Di tengah kemacetan, mereka berbagi cerita, menyanyikan lagu-lagu favorit mereka bersama, dan tertawa bersama. Mungkin, inilah yang sebenarnya disebut kebahagiaan hakiki sebuah keluarga. Ia menemukan keindahan dalam hal-hal sederhana itu. Bahkan di tengah hiruk-pikuk macet. Cerita tentang macet takkan membosankan bila kita peduli sekitarnya.
Liburan Panjang: Antara Melepas Penat dan Macet yang Menghantui