Kadang kita orang tua tak menyadari itu. Sekarang, mereka sudah kebablasan. Zamannya mengasuh anak dalam proses belajar dua arah---baik untuk orangtua maupun anak. Orang tua harus bijak menjelaskan yang sudah bablas itu.
Namun, dalam proses pengasuhan anak remaja ini, banyak orangtua kaget, merasa frustasi ketika anak mereka mulai menunjukkan sikap menentang. Mereka ngotot ingin memakai HP sendiri.
Ya, pada tahap ini, anak sedang mengalami proses pemisahan diri dari kita selaku orangtua mereka.
"Bunda ganggu aja." Katanya pas saya duduk atau rebahan di atas dipannya. Mereka mulai mencari identitas dan daerah otonominya. Saya cuma diizinkan berdiri di pintu. Tak boleh menyejajarkan duduk apalagi rebahan dengannya.
Ini fase alami Ayah Bunda. Tapi hal ini sering kali membuat orangtua merasa terabaikan, dicuekin, tak didengar, atau tak dihargai. Terima saja dulu. Nanti ketika dia enjoy baru kita selidiki. He he he.
Tantangan dalam Mengasuh Anak Remaja pasti!
Mengasuh anak remaja, salah satu tantangan terbesar bagi kita orangtua saat ini. Pada usia ini, anak-anak mulai mengeksplorasi diri mereka. Dunia mereka di luar kendali kita orangtua. Mereka mulai membangun identitas diri mereka sendiri sesuai circle mereka.Â
Bahkan di masjid pun mereka duduk sesuai circlenya. Mereka mahota-meribut, tertawa, lirik-lirik lawan jenis. Bagi anak putri bahkan sudah nyoba-nyoba lips balm berwarna di bibir mereka.
"Dih... mirip tante-tante!" Seru saya pada mereka. Alis mereka pun sudah dicukur dan bulu mata diberi maskara. Rabb. Mereka hanya memutar bola mata. Bila saya bilang tante. Besok. Mereka pakai lagi. Baru siswa SMP lo Ayah Bunda, murid saya.
Proses inilah yang bisa menimbulkan gesekan. Terutama jika orangtua masih berpegang teguh pada pola asuh cenderung otoriter. Sehingga banyak anak remaja merasa bahwa orangtua mereka tak keren. Terlalu mengekang mereka.
Sementara orangtua merasa bahwa anak-anak mereka tak lagi mendengarkan nasihat mereka. Kebakaran jenggot deh. Situasi ini sering kali memicu konflik jadinya.