Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ulang Tahun yang Berbeda, Dek!

16 September 2024   16:12 Diperbarui: 16 September 2024   16:31 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetap Tersenyum. Foto Dokpri Yusriana

Suasana rumah sejak itu canggung, dan Feni bingung harus melakukan apa. Hingga sore akhirnya Feni memberanikan diri mendekati Budi di kamarnya sewaktu masih bujangan. 

Feni duduk di sampingnya. Ia sebagai saudari tertua mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Kenapa nggak bayar utangnya aja, Bang?” tanya Feni pelan.

Budi menarik napas panjang. Ia lalu menatap Feni dengan tatapan lelah. “Aku mau bayar Feni, tapi istriku sedang berulah. Ia kabur membawa gajiku bulan ini. Aku juga nggak enak sama Antok. Iparku sudah memohon-mohon diberi waktu. Eh adiknya malah bawa kabur gajiku. Aku nggak ada uang. Aku bisa apa, Feni?”

"Ashtaghfirullah. Kakak adik nipu abang, Budi!' Feni pun diam, mencoba memahami posisi Budi. Lalu, Feni pun pergi ke kamar Antok. Kamarnya sewaktu bujangan juga. Dia sedang duduk di meja belajar tuanya.  Wajahnya terlihat kesal.

“Abang marah banget sama Banh Budi, ya?” tanya Feni hati-hati.

Antok menatap Feni sebentar. Ia memutar bola matanya lalu menghela napas. “Bukan soal utangnya doang. Aku kesel karena dia nggak serius sama janji. Ini bukan pertama kalinya.”

Feni paham. Masalah mereka lebih dalam dari sekadar utang. Antok merasa kecewa karena Budi tidak menepati janjinya dan Budi sedang terjebak karena kondisi keuangan dan istri yang belum kembali.

Setelah berpikir sejenak, Feni punya ide. Feni mengajak mereka berdua duduk di ruang tamu. Ai pun turut duduk dengan suaminya.

“Dengar, kalian ini kakak-adik. Kalau terus marah, nggak akan selesai. Bang Budi, lebih baik bilang sejujurnya sama Bang Antok kenapa belum bisa bayar utang. Bang Antok, kasih Bang Budi sedikit waktu lagi. Kita, kalian berdua butuh satu sama lain,” kata Feni dengan nada serius.

"Bang, Aku mau bayar utangku pas gajian, tapi istriku sedang berulah. Ia kabur membawa gajiku bulan ini, bang. Aku juga nggak enak sama Bang Antok. Iparku sudah memohon-mohon diberi waktu. Eh adiknya malah bawa kabur gajiku. Aku nggak ada uang. Aku bisa apa, Bang?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun