Tak terasa sudah tahun ketiga saya memimpin sidang RAT KKPRI sekolah. Ada yang berubah tahun ini. THR anggota diberi berdasarkan banyaknya Simpanan Anggota kita. Biasanya simpanan anggota terkumpul dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan suka rela, dan laba margin peminjaman.
Margin adalah selisih biaya pinjaman dan harga jual untuk menghitung profit pinjaman kita. Dalam ranah bisnis, koperasi, dan akuntansi, margin sebagai istilah dihubungkan dengan keuntungan. Margin adalah perbedaan antara pendapatan yang diperoleh dan biaya produksi untuk mengukur profitabilitas.
Ya bila kita meminjam di koperasi maka selisih akan kita peroleh sehingga menambah jumlah simpanan anggota. Makin rajin meminjam, maka kita akan semakin memiliki simpanan yang besar.
Nah, di akhir tahun tiap anggota bakal dapat THR. THR diambil dari SHU (Sisa Hasil Usaha) SHU adalah laba bersih yang diperoleh oleh sebuah koperasi dalam satu tahun keuangan. SHU ini berasal dari keuntungan yang dihasilkan oleh usaha anggota koperasi setelah dikurangi biaya operasional, penyusutan, dan kewajiban pajak.
Adapun keputusan tambahan RAT KKPRI saat itu sempat menuai pro dan kontra. Di antara kebijakan yang menuai pro kontra itu:
1. Uang simpanan sukarela banyak ditarik anggota. Bila ini berlanjut, tentu saldo dan modal usaha koperasi akan berkurang. Imbasnya, peminjaman anggota tentu akan terbatas.Â
Sebagaimana kita ketahui pada koperasi simpanan sukarela koperasi adalah reward dari simpanan dan peminjaman kita. Maka diputuskan bisa diambil bila keperluan sangat berat dan butuh dana besar, seperti biaya baralek (pesta), anak wisuda, uang perdana anak masuk kuliah.
2. Si Jaka  kurang bergairah. Si Jaka adalah tabungan atau deposito dengan jangka pengambilan anggota minimal 2 tahun.Â
Karena kurangnya minat anggota untuk menabung maka Si Jaka ini mendapat sorotan. Kurangnya minat anggota menabung tentu karena kurangnya reward. Misalnya di akhir tahun semua anggota mendapatkan porsi THR berkisar 500 ribuan.
Besar kecil simpanan anggota tak berpengaruh pada perolehan reward THR. Akhirnya anggota cueks dengan simpanan mereka.Â
Nah tahun ini kita berusaha membumingkan si jaka. Simpanan berjangka ini dengan menabung bisa setiap hari, setiap bulan, atau kapan ada uang. In sya Allah kita buka rekening bank syariah di bank gaji anggota diterims biar mudah untuk transfer atau TF.
3. THR sama besar bisa 500 rb per anggota bisa di bawah 500 rb per anggota tergantung Hasil Usaha Koperasi kita dalam 1 tahun.
Nah ini yang selalu menuai pro dan kontra tiap tahunnya. Bagi mereka anggota yang sudah berpuluh tahun di koperasi ingin THR besar. 3 % dari simpanan. Namun, keinginan ini selalu mendapat penolakan dari anggota lain/baru dengan dalih berkeadilan.
Seperti tahun ini, hal yang sama pun terjadi. Tunjangan Hari Raya atau THR Â hal yang paling ditunggu-tunggu anggota menjelang Idulfitri. Tunjangan diberikan perusahaan pada karyawannya menjelang hari raya tiba. THR bertujuan untuk memenuhi keperluan di hari raya.
THR tunjangan wajib dibayarkan oleh pemilik usaha ke karyawan dan di koperasi anggota. Jumlah THR ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 6 tahun 2016. Tahun ini pun Kemenaker kembali mengimbau pengusaha untuk wajib membayarkan THR pada pekerjanya.Â
Ida Fauziyah memastikan pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan 2024 dilakukan secara penuh dan tepat waktu. Menaker mengimbau bahwa THR tahun ini tidak boleh dicicil dan harus dibayar penuh.
Besaran THR bisa berbeda sesuai kesepakatan, terutama jika pekerja belum memasuki masa 12 bulan kerja.Â
Permenaker 6/2016, menyebutkan bahwa berhak menerima THR dalam sebuah perusaahaan atau usaha merupakan buruh tenagan kerja yang bekerja selama paling sedikit 1 bulan selama berturut-turut. Â Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 6 tahun 2016 berbunyi bahwa yang berhak atas THR adalah: Pekerja/Buruh mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan secara terus menerus atau lebih, diberikan sebesar 1 (satu) bulan upah;
4. Putusan RAT yang tak kalah seru menuai pro dan kontra adalah akan adanya imbauan untuk setiap anggota agar belanja di koperasi kita minimal 100 rb per bulan agar Hasil Usaha Koperasi kita bertambah tiap tahun karena koperasi kita koperasi konsumen.
Awalnya semua anggota sepakat setuju. Namun, ketika prosedur pembayaran di bulan berikut sesudah belanja, dipotong gaji 100 rb di bulan berikut, anggota menuai pro dan kontra. Bagaimana kita mau mengikat anggota untuk belanja jika tak dipotong gaji hingga kini masih menuai pro dan kontra.
Bagaimanakah jalan keluarnya? Mari kita beri masukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H