Ratto pun menggabungkan dua telapak tangan di depan dadanya yang kekar. Ia pun menundukkan kepala sambil berkata, "Aku siap menjadi abdimu Raja dan Permaisuri."
Ia tak berani menatap Raja dan rombongan Raja. Sementara putri sulung Raja masih tetap bersenandung."Ampun Tuan Putri. Kanda tak akan berperan antagonis lagi!"
Putri Raja pun menghentikan musikalisasi puisinya. Dengan penuh semangat, Raja  dan rombongan kembali ke istana Negeri Drama. Di sana mereka bersiap untuk mengadakan pesta pernikahan Raja Ratto dan Putri Sulung Raja.
Ratto pun sibuk menyiapkan puisi-puisi indah di spanduk panjang dan luas di Negeri Drama. Puisi itu ia tulis berbab-bab layaknya novel. Berisi rasa cinta kepada Raja Musanif, permaisuri, para sahabat Raja, penduduk Negeri Drama, Negeri Novel, dan Negeri puisi.
Namun, dengan kekuatan cintanya yang mengalir dari spanduk puisi ajaib Raja Musanif, Raja Ratto berhasil menyusun spanduk puisi ajaib versi dua. Semua penyihir jahat dan makhluk-makhluk antagonis bisa dikembalikan pada manusia protagonis atau baik.
Raja Musanif dan rombongan kembali di Rumah puisi di Negeri Puisi. Raja Musanif kembali menampilkan pertunjukan puisi yang luar biasa.
Kali ini, pertunjukannya lebih memukau dari sebelumnya karena puisi yang dibacakannya berasal dari kekuatan cinta dan keberanian yang membawanya melewati petualangan epik dan eksotik. Bahkan ia sudah bermenantu seorang Raja Penyair Ratto.
Negeri Fiksi kini makin meluas. Bersatu dengan Negeri Drama, Negeri Novel. Sesat lagi kembali merayakan keindahan dan keajaiban puisi di kerajaan mereka. Tak lama lagi si bungsu pun akan menikah dengan pangeran dari negeri Roman. Pagelaran Puisi di Negeri Fiksi memang semakin berjaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H