"Oh, selamat berkenalan ya, Wita. Udah lama kerja di sini?"
" Udah 10 tahun, Kak." Jawabnya tulus. "Bentar, Kak. Saya panggil dulu" Pamitnya.
"Hai, hai, hai... !" Ceria Marni seperti biasa saat berjumpa denganku. "Udah lama, Jeni?" Lanjut Marni.
"Lumayan. Aku ganggu, nggak?" Tanyaku nakal sambil mengerling.
"Nggak. Aku dan Wita aja di rumah. Kita ke atas aja, Jeni. Sambil ngobrol sama Wita. Jangan sungkan. Abangku lagi pulang kampung, kok." Jelasnya panjang lebar.
"Tumben suami kamu pulang kampung, Marni. Lagi ada acara apaan?" Tanyaku.
"Nggak ada acara, Jen. Kebetulan aja, dia lagi butuh pulang. Lagi ngambekan. Nggak tahu sebabnya. Mungkin lagi banyak job di kantor belum kelar. Hi hi hi." Tawa Marni bergema.
Hah, ternyata suami juga butuh pulang kampung, ya? Tiba-tiba aku teringat Mba Eka yang menjual HP Celuler di dekat lampu merah.
Kala itu Mba Eka juga lagi ceria di konter HP-nya. Tanya punya tanya, si suami juga lagi mogok bicara. Diam aja katanya. "Bagus, abang pulang kampung dulu, Dek Jeni. Biar refresing. Ntar balik sini udah ceria lagi."
"Bisa ya, Mba Eka?" Tanyaku ragu kala itu.
"Betul, Dek. Abang sering kalau lagi banyak pikiran mendiamin Mbak. Kadang sampai dua malam nggak nyapa. Dikorek pun nggak mau cerita. Diiiam aja. Yah, Mba diamin jugalah." Terang Mba Eka lagi.