Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Aku Menyesal Cabut, Ayah!

7 September 2023   17:54 Diperbarui: 7 September 2023   18:28 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar anak menyesali. Kumparan.

Di bawah batang petai cina kami berdua diikatnya. "Kecil-kecil maling kalian berdua ya. Di sini saja kamu berdua sampai orang tua kalian datang menjemput." Marah si om pemilik kebun jeruk itu.

Aku tidak tahu pasti apakah om itu mengenalku dan Raya. Sawah orang tuaku persis di sebelah kebun jeruk ini. Namun, aku jarang ke sawah itu. Akupun tidak akrab dengan om itu meski ia paman teman sekelasku di SD.

Keluarga mereka baru pindah dari Jakarta. Mereka seolah menjaga jarak dengan warga. Hanya sesekali mereka bercengkrama dengan ayahku.

Akupun terpaksa pasrah. Raya masih saja menangis. Aku iba melihatnya. Akupun menyesal mengajaknya main ke kebun dan cabut hari ini. Duh, penyesalanku berlipat-lipat. Dari jauh kulihat pula ayah mendorong sepedanya.

Kepasrahanku makin berlipat-lipat. Kulihat ayah menegur si pemilik kebun. Mereka terlihat berbincang akrab. Sesekali Ayah dan om itu melirik ke arah kami. Kemudian Ayah pamit. Beliau menuju ke arah kami. Beliau tanpa bersuara menyandarkan sepedenya.

Beliau menghampiriku dan Raya tanpa suara. Tali pengikat tangan kami pun di buka. Kami berdua digiring pulang. Sudah terbayak semeledak apa amarah Ayah di rumah nanti. Selama di perjalanan kami bertiga diam membisu menambah mencekamnya nasib sesampai di rumah.

Duh, Ayah aku menyesal cabut. Sungguh aku menyesal cabut, Ayah! Maafkan aku Ayah. Hari ini kutatap lagi wajah si dedek. Kulihat pula buku Bahasa Arab itu. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun