Tapi nyatanya, mereka tak mampu menulis. Tentu semua ini tak lepas dari Sumber Daya Manusianya yang bernama Guru. Bila guru tak memotivasi siswa tentulah Menulis Susah, benar. Susahnya Menulis Benar.
Tuntutan zaman hari ini, kita semua harus menguasai laporan. Laporan tuntutan dunia kerja. Tanpa laporan hasil kerja tak teranalisis. Maju mundurnya usaha bisa dicek melalui laporan. PR bagi kita guru. Bukan guru Bahasa Indonesia saja.
Sebetulnya, bagaimana cara menulis yang mudah sudah berseliweran di media cetak, buku, dan browsher. Lalu apa kendala menulis sehingga siswa dan guru menganggap menulis susah?
Berdasar temuan saya di sekolah, berikut sebab susah menulis menurut versi mereka yang saya temui.
Pertama, Calon Penulis Tidak Jujur
Calon Penulis Tidak Jujur merupakan hambatan terbesar dalam menulis. Ketika kita menulis pernyataan-pernyataan negatif seperti paragraf satu saya di atas merupakan cikal bakal susahnya menulis.Â
Namun, saya jujur. Saya pun  membuat artikel ini berdasar pernyataan mereka pada paragraf satu di atas bahwa menurut mereka menulis susah.
Memang, paragraf satu itu akan menyinggung perasaan si pengomentar. Namun, saya harus jujur lagi, bahwa pernyataan tersbutlah yang menbuat si pengomentar tak bisa menhlis.
Ibarat proses pemberian  ilmu (PBM: Proses Belajar Mengajar), si pengomentar sudah memposisikan diri sebagai gelas penuh. Air di sini, ibarat ilmu.Â
Bila air dituang pada gelas penuh di atas, tentu meluber. Ilnu tak bisa masuk lagi. Demikian juga guru dan murid, tak akan berilmu untuk menulis jika sudah mengeluarkan statemen,