Duh, sudah lama sekali teman Kompasianer, saya tak menulis. Kangen sekali. Hari ini saya baru saja balik baralek ke Padang Luar, Agam karena dua putri teman sekaligus atasan saya di Kampus FKIP UMSB dan atasan saya di MTsN Paninjauan, Tanah Datar, baralek dua putri beliau-beliau Nanda dan Nisa. (Baralek/pesta pernikahan).
Sayangnya, tak ada swafoto kali ini karena saya lupas cas HP tadi pagi. Duh. Padahal di sana pestanya unik banget. Ada pegelaran musik gendang mengiringi arak-arak pengantin, silek Minang, iringan bundo kanduang-bako menjujung bawaan, Â dan foto bareng yang terpaksa cuma makai jasa tukang foto dari WO, ya.
Bila Senin, seperti hari ini apalagi jalan menuju Bukittinggi, Â Agam, Â Padang Panjang, Padang macet banget lho. Hingga suami saya pilih rute muter Pasa Rabaa-Koto Tinggi, Pandai Sikek. Duh, jalan penghasil Tenun Songket Mahal Pandai Sikek ini memicu adrenalin saya.
Jalan di kaki Gunung Singgalang yang naik turun. Pendakian tinggi dan curam. Duh ekstrim bangat dah. Mana macet lagi karena bus-bus dan beberapa prah, ternyata juga melarikan diri ke jalan ini. Bau kopleng dan tantangan kepeleset ban di jurang jadi taruhan.
Terkadang berpapasan pula di jalan sempit mendaki dengan mobil berbodi gede yang meminta jatah jalan lebih besar. "Dek Tengok kiri? Jangan sampai kepeleset ban !" Kata suami kepada si dedek yang duduk di depan. Macet diperparah lagi oleh banyaknya Pak Ogah yang minta jatah 2000 perak.
Pulangnya kami tak melewati jalan itu lagi. Kami pilih jalan biasa. Jalan utama. Lebih aman. Lelah juga meski jarak tempuh yang harusnya cuma 30 menit menjadi 90 menit.Â
Macet ini sih sebetulnya sudah diatasi Bapak Jokowi dengan jalan tol, tapi warga kurang setuju sehingga pembangunan masih tertunda dan terkendala pembebasan tanah.
Sesampai di rumah cas HP, iseng buka browser pencarian ketika teman saya chat yang mengeluh atas mahalnya UKT (Uang Kuliah Tunggal) anaknya. Sayapun melihat UKT anak teman yang akan kuliah di UNAND Padang itu.
Namun, Saya pun kaget manakala membaca konten Kompas, "Polisi Pegang Senjata di Sampung Siswa Pembakar Sekolah Saat Konpers, Irwasum Diminta Turun Tangan."