Nah, ketika berkas teman-teman ada pada si penghitung DUPAK inilah terjadi kesalahfahaman. Si penghitung tentu harus memboyong semua berkas. Karena harus ada PKG dan laporan, satu orang saja berkasnya bisa satu karung.
Bukanlah kesabaran jika masih mempunyai batas, dan bukanlah keikhlasan jika masih merasakan sakit.
Itulah kata bijak untuk pemimpin. Pemimpin ada karena ada bawahan. Yah, pemimpin musti menandatangani berkas-berkas karena itulah tugas pemimpin. Digaji dengan berkas itu. Begitu pula karyawan bekerja menyelesaikan administrasi sekolah.
Sungguh tak nyaman telinga saya mendengar, setiap kali ada berkas yang mau ditandatangani selalu disebut lembar demi lembar. Kami guru, 34 lembar tugas murid dalam satu kelas yang harus dikoreksi. 3 kelas dalam satu hari. 34x3 kelas = 102 lembar kertas harus dikoreksi dan diberi paraf setiap hari dan 6 hari seminggu. 102 x 6 hari.
Inilah hasil pengamatan saya tiap kali naik pangkat. Tanda tangan selalu masalah di tempat-tempat tertentu.
Hidup adalah sebuah ujian, jika Allah menjawab doa-doamu, berarti Allah ingin meningkatkan keimananmu. Jika Allah menunda menjawab doamu, berarti Allah ingin meningkatkan kesabaranmu. Jika Allah tidak menjawab doamu, maka yakinlah bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik untukmu.
Dengan 3 metode kita bisa belajar kebijaksanaan. Pertama dengan refleksi, yang paling mulia; Kedua, dengan meniru, yang paling mudah; dan ketiga berdasarkan pengalaman yang paling pahit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H