Dialog dalam film ini menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan juga terkadang ada bahasa Arab yang sering digunakan di  pesantren.
Berkisah tentang perjalanan hidup seorang wanita bernama Anissa (Revalina S. Temat). Ia tinggal dan hidup di pesantren. Seorang wanita digambarkan berkarakter cerdas, pemberani, dan memiliki pendirian kuat.
Ia hidup dan dibesarkan dalam lingkungan dan tradisi Islam yang dianut keluarga Kyai pengelola sebuah pesantren kecil Salafiah. Tepatnya, Salafiah Putri Al-Huda di daerah Jawa Timur, Indonesia.
Di lingkungan pesantren itu hidup tradisi yang mengajarkan ilmu sejati dan benar hanyalah dari Al-Qur’an, Hadits, dan Sunnah.
Santri tak boleh membaca apalagi memiliki buku-buku modern. Buku-buku itu dianggap sebagai buku yang mengajarkan penyimpangan.
Pesantren Salafiah Putri Al-Huda mengajarkan bagaimana agar santri menjadi seorang perempuan yang tunduk pada laki-laki.
Anissa cerdas menyikapi itu diam-diam. Ia beranggapan bahwa ajaran Islam hanya membela kaum laki-laki dan hanya menempatkan perempuan pada posisi sangat lemah bahkan tidak seimbang.
Sikap dan protes Anissa dianggap  rengekan anak kecil saja dan ilmu yang ia miliki tak cukup.Â
Khudori (Oka Antara), selaku paman Anissa dari pihak Ibunya. Khudori yang selalu menemani Anissa. Ia pun menghibur sekaligus menyajikan alam yang lain bagi Anissa. Akhirnya, diam-diam ia menaruh hati kepada Khudori.
Khudori menyadari bahwa dirinya masih ada hubungan dekat dengan keluarga Kyai Hanan (Joshua Pandelaki), orangtua Anissa, sekalipun bukan sedarah, Khudori tak membalas cinta Anissa.
Khudori pun selalu berusaha dan mencoba menghindari Anissa. Ia menepis perasaannya pada Anissa. Khudori pun melanjutkan pendidikan ke Kairo, Mesir.