Saya masih ingat, ketika saya mendapat jam mengajar sedikit. Saya berusaha sabar. Saya mencari tempat mengajar di sekolah lain. Tak lama, datanglah tawaran lomba menulis feature untuk siswa dari Dinas Pendidikan. Sayapun mengikutkan anak lomba.
Sampai malam hari saya bersama siswa menyiapkan tulisan mereka. Maklum komputer kala itu hanya ada di sekolah. Baru guru PNS yang punya laptop. Usaha kami tak sia-sia. Tiap tahun mereka meraih juara 1, 2, dan 3. Saya pun menjadi sangat akrab dengan kepala dan Dinas Pendidikan.Â
Bahkan murid saya bernama Desi Amalia Yusri meraih juara 1 di provinsi. Kami pun lanjut lomba ke tingkat nasional. Di Jakarta Desi mendapat juara harapan 1.
Sejak itu geliat saya di sekolah bertambah. Setiap lomba kami ikuti. Perlahan sayapun menerapkan disiplin di sekolah dengan mengadakan denda. 1 sampah 500 rupiah. Ajaib, sekolah menjadi bersih.
Begitu juga kuku, rambut, baju anak keluar saya proses. Ajaib, sekolah mengalami peningkatan kedisiplinan. Yah, mereformasi cara kerja itu kuncinya agar kita dilirik dan dipertimbangkan atasan. Kadang, karena status kita honor, kita tak berani berbuat.Â
Ternyata anggapan itu salah. Guru honor pun, tentu harus memberi sumbangsih prestasi bagi sekolah. Intinya, kerjakan apa yang bisa berkontribusi untuk kemajuan siswa di sekolah.
Demikian juga pekerja harus membiasakan diri untuk selalu memberikan kinerja yang terbaik di perusahaan. Mulai dari mengerjakan pekerjaan tepat waktu, disiplin selesai, dan rajin dalam segala hal.Â
Anggap perusahaan rumah kedua kita. Jadikan tempat menghasilkan hasil kerja berkualitas setara kualitas kerja di rumah sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H